Ahad 08 Nov 2015 18:11 WIB
Kabut Asap

Nasib Sang Pemadam Api di Lahan Gambut

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Indah Wulandari
Sejumlah anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Kediri Raya melakukan penggalangan dana untuk korban kabut asap Riau di Alun-alun Kota Kediri, Jawa Timur, Ahad (8/11).
Foto:
Seorang anggota TNI AU mengamati pesawat EMB 314 Super Tucano yang akan melakukan patroli perbatasan Ambalat di tengah kabut asap, Tarakan, Kalimantan Utara, Selasa (20/10).

JAKARTA -- Jurnalis Republika.co.id, Rahmat Fajar berkesempatan mengunjungi salah satu lokasi kebakaran lahan di Desa Puding, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, belum lama ini.

Ia menempuh perjalan sekitar empat jam menggunakan mobil dari posko Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Muaro Jambi ke lokasi kebakaran.

Pemandangan ribuan hektar lahan sawit milik perusahaan terbakar. Di situ, sudah ada petugas berusaha memadamkan api.

“Saya lupa sudah berapa bulan, pastinya hampir empat sampai lima bulan ada di sini,” ujar Komandan Lapangan dari Polres Muaro Jambi AKP Sumindar saat bercerita dengan  di lokasi kebakaran, akhir Oktober lalu.

Empat bulan tinggal di area lahan terbakar bukan waktu yang pendek. Kalau bukan karena tugas yang harus dilaksanakan dan menyangkut nasib orang banyak, mungkin mereka tak peduli akan api yang melahap ribuan hektar lahan gambut tersebut.

Sumindar mengatakan, tidak mudah memadamkan api di lahan gambut. Memadamkan api di lahan gambut tidak semudah seperti yang disarankan banyak orang. Tanah harus disiram berkali-kali agar api benar-benar padam.

“Bukan kami ingin mengecilkan mereka yang ahli, justru mereka yang mengecilkan kami. Apa ini kok nggak bisa padam, mereka gak ngerti bagaimana memadamkan gambut ini, kesulitan kami di lapangan,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement