REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Budayawan Frans Magniz Suseno menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pemimpin yang senang mengeluarkan slogan-slogan ideologis. Namun, pada saat bersamaan, Jokowi tidak memiliki pijakan ideologi yang jelas dalam menerapkan kebijakan ekonomi dan politik.
“Saya kira ideologinya (hanya) di mulut. Pemerintah sangat slogalistik,” Frans saat peluncuran dan bedah buku “Bersatu, Lawan, Menang: Jalan Pembebasan Indonesia” di kampus Universitas Indonesia Salemba, Selasa (15/9).
Pria kelahiran Jerman 79 tahun silam ini melihat Jokowi terlalu banyak beretorika. Slogan-slogan seperti nawacita dan trisakti hanya jargon yang sampai saat ini belum diterapkan.
“Saya belum melihat kebijakan politik ekonomi yang jelas. Garis nawacita dan trisakti bagi saya kosong. Kemandirian ekonomi hanya retorika,” ujar Frans.
Kendati begitu Frans mengaku masih memegang harapan kepada Jokowi. Menurut dia, pengamatannya saat ini Jokowi tengah berupaya membangun basis kekuasaan yang sejalan dengan cita-cita kampanye.
“Saya kira masih ada harapan untuk kita kepadanya,” ujar peraih penghargaan Bintang Maha Putera Utama dari Jokowi ini.
Pemuda harus menjadi kunci jawaban atas karut-marut persoalan bangsa hari ini. Frans mengatakan Indonesia butuh generasi muda yang tidak hanya sibuk berfokus pada karier. Indonesia, tambahnya, butuh generasi muda yang mau menggerakan hatinya untuk memajukan bangsa.
“Ikut memperbaiki,” ujarnya.
Frans juga menyerukan agar rakyat Indonesia, khususnya generasi muda, melawan segala upaya pemerintah yang bertendensi membungkam kebebasan berbicara. Menurut dia, kebebasan berbicara dan mengkritik merupakan buah reformasi yang mesti dirawat.
“Sangat penting mempertahankan kebebasan berpendapat, mengkritik, dan menyampaikan yang jelek-jelek. Saat ini ada tendensi mengkriminalisasi orang yang mengkritik, saya kira ini harus kita lawan,” paparnya.