Kamis 09 Jul 2015 21:38 WIB

Eva: Elite PDIP Ikut Perburuk Kepuasan Masyarakat terhadap Pemerintah

Rep: Issha Harruma/ Red: Bayu Hermawan
 Presiden Joko Widodo memasuki mobil seusai menghadiri buka puasa bersama di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (9/7).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo memasuki mobil seusai menghadiri buka puasa bersama di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari menyebut hasil survei yang dikeluarkan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) masih prematur. Pendapat tersebut terkait hasil survei SMRC yang menunjukkan ada 56 persen masyarakat yang kurang/tidak puas, sementara yang puas hanya 41 persen dan sisanya tidak tahu.

Eva mengatakan, hasil survei tersebut dikarenakan pemerintahan Jokowi belum sampai setahun memerintah dan penggunaan APBN belum efektif. Ia pun menganggap penilaian negatif dari masyarakat ke Jokowi sebagai suatu hal yang wajar di awal pergantian rezim.

"Ini masih prematur. Pemerintah masih dalam masa persiapan, belum ada dampak yang dirasakan," kata Eva dalam sebuah diskusi bersama SMRC di Jakarta, Kamis (9/7).

Eva berpendapat, pandangan masyarakat tersebut ikut terpengaruh dengan opini para elit politik yang gencar mengkritik kebijakan pemerintah Jokowi. Terutama para pendukung pasangan yang diajukan Koalisi Merah Putih (KMP) kala Pilpres lalu.

"Masa perang tidak selesai sekarang, bahkan statement tiga tahun lalu masih digoreng lagi, itu ada di sosial media. Betapa tidak berimbangnya. Relawan Jokowi sudah bubar, di sebelah sana (pendukung KMP) makin militan," ujarnya.

Ia pun tidak menampik bahwa omongan negatif elit PDIP juga ikut memperburuk keadaan. Ketidakmampuan Jokowi dalam menghadapi media, lanjut Eva, juga ikut memperburuk pandangan masyarakat terhadap pemerintah.

"PDIP juga ngomong negatif, seberang juga negatif dan itu jadi konsumsi masyarakat umum. Elit sangat pengaruhi pendapat umum. Lebih lagi Jokowi tidak punya akses untuk mengarahkan media," kata Eva.

Survei yang dilakukan pada 25 Mei hingga 2 Juni 2015 tersebut menggunakan 1.220 responden yang merupakan warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam Pemilu, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Responden yang berasal dari 34 provinsi dipilih secara acak diwawancara dengan tatap muka. Margin of error rata-rata dari survei tersebut, yakni sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement