Jumat 19 Jun 2015 23:08 WIB

Mensos: Sosialisasi Aturan Mengadopsi Anak Masih Kurang

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengakui sosialisasi terkait aturan perundangan adopsi anak masih kurang sehingga banyak kasus adopsi yang bermasalah.

"Ya, saya rasa sosialisasinya yang memang harus kita kuatkan," katanya di Jakarta, Jumat (19/6).

Mensos mengatakan padahal aturannya sangat jelas dan detail. Ia menjelaskan, kalau dilihat UU 23 tahun 2002 tentang adopsi anak sudah tua bahkan lengkap hingga ada revisinya pada 2014, lalu ada PP tahun 2007. Lalu ada juga peraturan Menteri Sosial pada 2009 dan dilengkapi dengan peraturan Dirjen Rehabilitasi Sosial.

"Jadi sudah berurut-urut dan berlapis-lapis peraturan perundangannya, tetapi kemungkinan sosialisasinya kurang komprehensif," ujarnya.

Ia melanjutkan, sosialisasi peraturan tersebut merupakan tugas semua seperi Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten termasuk aktivis anak.

"Saya rasa masih membutuhkan kerja keras lagi menyosialisasikan bagaimana regulasi pengangkatan anak ini lebih komprehensif sosialisasinya," jelasnya.

Dalam aturan adopsi anak, sudah jelas disebutkan bahwa harus melalui keputusan pengadilan sehingga memastikan perlindungan hukum bagi anak di masa depan.

Selain itu ada juga Tim pertimbangan perizinan pengangkatan anak (PIPA) yang terdiri dari kepolisian, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Hukum dan HAM bagi proses adopsi yang dilakukan Warga Negara Asing (WNA).

"Tapi tim itu baru terbentuk setelah ada permohonan Kemensos, baru dikirim pekerja sosial ke rumah calon orang tua angkat lakukan home visit dalam waktu enam bulan," jelasnya.

Baru Tim PIPA merekomendasikan lalu Kemensos mengeluarkan surat izin pada pengasuhan sementara enam bulan setelah itu ada home visit lagi. Peksos memberi laporan, jika pengadilan setuju baru diberi keputusan adopsi.

"Memang prosesnya panjang karena ini soal perlindungan hukum anak ke depan. Kalau ini dilonggarkan saya khawatir justru akan mendorong perdagangan anak," tandasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement