REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru besar Universitas Pertahanan Jakarta Salim Said menilai pemilihan Letjen TNI (Purn) Sutiyoso sebagai Kepala Badan Intelijen Negara menggantikan Letjen TNI (Purn) Marciano Norman bukan berdasarkan latar belakang ketua umum partai politik.
"Sutiyoso itu dulu bertugas di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat. Dia tentu memiliki pengalaman intelijen saat bertugas di Sandi Yudha," kata Salim Said, Rabu (10/6).
Salim juga menilai Sutiyoso merupakan seorang pekerja keras. Saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, dia terbiasa bekerja keras. Karena itu, Salim berharap Sutiyoso berhasil memimpin lembaga intelijen tersebut.
Terkait keputusan memilih Sutiyoso untuk menjadi Kepala BIN, Salim mengatakan hal itu merupakan hak prerogatif Presiden Joko Widodo. Siapa pun figur yang menjadi Kepala BIN sangat bergantung kepada Presiden.
"Tentu ada banyak calon yang bisa dipilih, tetapi Presiden Jokowi memilih Sutiyoso. Saya doakan semoga sukses," tuturnya.
Sebelumnya, Ketua DPR Setya Novanto mengatakan telah menerima surat dari Presiden Jokowi terkait penunjukan Sutiyoso sebagai Kepala BIN menggantikan Marciano Norman.
"Presiden menunjuk Pak Sutiyoso menggantikan Pak Marciano," kata Setya Novanto di Gedung Nusantara III DPR, Jakarta, Rabu.
Setya menjelaskan pada Selasa (9/6) malam sudah berkomunikasi langsung dengan Presiden Jokowi di Solo terkait pergantian Panglima TNI dan Kepala BIN.
Menurut Setya, kedua surat mengenai pergantian Panglima TNI dan Kepala BIN sudah diterima pada Selasa malam dan akan segera ditindaklanjuti.