REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Keraton Kasepuhan Cirebon bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional sedang melakukan konservasi terhadap naskah kuno yang tersimpan di keraton tertua di Cirebon itu. Langkah tersebut dilakukan untuk menyelamatkan aset bangsa yang sangat berharga.
"Dari seluruh keraton di Indonesia, baru Keraton Kasepuhan yang mengadakan MoU (konservasi naskah kuno) dengan Perpustakaan Nasional sejak 2012 lalu," ujar Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, Selasa (9/6).
Sultan menjelaskan, ada sepuluh orang tenaga konservator dari Perpustakaan Nasional. Selama sepuluh hari, mereka mempreservasi dan mendigitalisasi naskah kuno yang ada di Keraton Kasepuhan.
Menurut Sultan, preservasi tersebut dimaksudkan untuk menghilangkan kuman-kuman dari naskah kuno dan mengawetkan naskah kuno. Selain itu, dilakukan jilid ulang bagi naskah kuno yang fisiknya telah rusak dan membuat kotak-kotak penyimpanan agar tidak rusak lagi.
Sedangkan digitalisasi, adalah pemindahan media dari naskah kuno ke digital dan disimpan di server atau komputer. Dengan demikian, siapapun yang ingin membacanya tidak perlu lagi menyentuh yang aslinya.
Sultan menjelaskan, di Keraton Kasepuhan terdapat sekitar 150 naskah kuno. Selain itu, adapula 300 dokumen kuno dan 200 buku Belanda kuno. Upaya konservasi dilakukan secara bertahap selama tiga tahun terakhir.
"Insya Allah 150 naskah kuno sekarang selesai dikonservasi," tutur Sultan.
Sultan menerangkan, naskah kuno tersebut berisi tentang berbagai hal. Di antaranya, pelajaran agama Islam, ilmu tarekat, ilmu hakekat, Alquran, hadis, sejarah, ramalan, obat-obatan herbal, tentang kehidupan dan sastra
Sultan berharap, keraton-keraton lain di Indonesia juga mengikuti jejak Keraton Kasepuhan dalam upaya menyelamatkan naskah-naskah kuno dari kepunahan. Naskah-naskah tersebut, kata dia, merupakan kekayaan dan warisan bangsa yang sangat berharga.