Kamis 19 Aug 2021 22:13 WIB

Muncul Sultan Baru, Keraton Cirebon Miliki Matahari Kembar

Kepemimpinan di Keraton Kasepuhan Cirebon mengalami dualisme.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Bayu Hermawan
Rahardjo Djali, melakukan proses jumenengan dan menyatakan dirinya sebagai Sultan Sepuh Aloeda II di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Foto: Istimewa
Rahardjo Djali, melakukan proses jumenengan dan menyatakan dirinya sebagai Sultan Sepuh Aloeda II di Keraton Kasepuhan Cirebon.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kepemimpinan di Keraton Kasepuhan Cirebon mengalami dualisme. Hal itu terjadi setelah Rahardjo Djali menyatakan dirinya sebagai Sultan Aloeda II.

Selama ini, takhta Keraton Kasepuhan Cirebon diduduki oleh Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin. Dia melakukan jumenengan pada 30 Agustus 2020, menggantikan ayahnya yang wafat, Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningat.

Baca Juga

Jumenengan atau proses pengangkatan/penobatan Raharddjo Djali sebagai Sultan Sepuh Aloeda II dilakukan di Omah Kulon, salah satu bangunan yang ada di dalam Keraton Kasepuhan, Cirebon, Rabu (18/8). Kegiatan tersebut hanya dihadiri pihak keluarga.

"Kami memang tidak mengundang siapapun, hanya keluarga saja. Untuk menjaga kesakralan dari acara penobatan," kata Rahardjo, Kamis (19/8).

Rahardjo menyatakan, jumenengan terhadap dirinya dilakukan karena menilai Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin, bukan keturunan murni Sunan Gunung Jati. Karena itu, Lukman dianggap tidak berhak atas takhta tersebut.

"Kalau merunut kembali dari kakek moyangnya Luqman, yaitu Alexander Rajaningrat, beliau tidak memiliki hubungan darah sama sekali dengan Sultan Sepuh XI,'' tukas Rahardjo.

Karenanya, keturunan dari Sultan Sepuh XII Alexander Rajaningrat, yakni Sultan Sepuh XIII PRA Maulana Pakuningrat, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, dan Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin, praktis bukan keturunan dari Sultan Sepuh XI. Sultan Sepuh XII hingga XV pun disebut bukan keturunan murni dari Sunan Gunung Jati.

Sedangkan Rahardjo, menyatakan dirinya adalah cucu dari Sultan Sepuh XI Tadjul Arifin Djamaluddin Aluda Mohammad Samsudin Radjanatadiningrat. Sultan Sepuh XI disebutnya keturunan murni Sunan Gunung Jati. 

Rahardjo menambahkan, dirinya berpegang pada putusan Mahkamah Agung (MA) tahun 1964, yang menolak forum previlegiatum yang diajukan Alexander. Dengan putusan itu, dia menilai NKRI pada 1958 tidak pernah mengakui Alexander sebagai sultan.

Rahardjo menambahkan, jumenengan terhadap dirinya itu untuk melanjutkan takhta kakeknya, yakni Sultan Sepuh XI, yang dikenal sebagai Sultan Aloeda. Karenanya, dia menggunakan gelar sebagai Sultan Aloeda II.

Rahardjo pun meminta Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin, untuk legowo menyerahkan tahtanya. Dia menilai, hal itu untuk menjaga marwah Keraton Kasepuhan.

Ketika ditanyakan apa yang akan dilakukannya dalam beberapa hari ke depan, Rahardjo menyatakan akan segera berkirim surat kepada instansi pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi maupun Cirebon. 

Rahardjo juga mengaku akan membenahi Keraton Kasepuhan. Ada dua orang patih yang akan membantunya, yakni pangeran patih sepuh dan pangeran patih dalem. Sementara itu, Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin, hingga berita ini diturunkan, belum memberikan tanggapannya. Pesan yang dikirimkan Republika, hingga kini belum mendapatkan balasan.

Seperti diketahui, konflik di Keraton Kasepuhan Cirebon pertama kali mengemuka ke hadapan publik ketika Rahardjo tiba-tiba masuk ke dalam keraton dan menurunkan foto Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat dan permaisurinya, pada Juni 2020. Saat itu, Sultan Arief sedang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Bandung.

Rahardjo juga melakukan aksi gembok pintu Bangsal Dalem Arum Keraton Kasepuhan dan menyatakan mengambil alih keraton. Dia mengaku sebagai cucu dari istri ke-2 Sultan Sepuh XI.

Sementara itu, Sultan Arief kemudian meninggal dunia pada 22 Juli 2020. Putranya, yakni PRA Luqman Zulkaedin kemudian meneruskan takhta ayahnya sebagai Sultan Sepuh XV. Prosesi jumenengannya dilakukan pada 30 Agustus 2020. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement