Jumat 20 Aug 2021 22:56 WIB

Pemkot Cirebon tak Bisa Campuri Konflik di Keraton Kasepuhan

Pemkot Cirebon berharap konflik di Keraton Kasepuhan diselesaikan secara internal.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Bayu Hermawan
Kasultanan Kasepuhan Cirebon (ilustrasi)
Foto: istimewa
Kasultanan Kasepuhan Cirebon (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Pemkot Cirebon berharap agar dualisme kepemimpinan yang saat ini terjadi di Keraton Kasepuhan, bisa diselesaikan secara internal. Masalah itupun diharapkan tidak sampai memunculkan gangguan keamanan dan ketertiban di Kota Cirebon.

Sekda Kota Cirebon, Agus Mulyadi, mengungkapkan Pemkot Cirebon tidak memiliki mekanisme untuk turut campur dalam konflik yang kini memanas di Keraton Kasepuhan. Sebab, kasus itu dinilai sebagai masalah keluarga di dalam keraton.

Baca Juga

"Kami harap keraton bisa menyelesaikan masalah ini secara internal karena itu kan masalah keluarga," ujar Sekda Kota Cirebon, Agus Mulyadi, Jumat (20/8).

Mengenai pepakem (aturan) yang berlaku di Keraton Kasepuhan Cirebon, Agus juga menilai hal itu selayaknya dibahas secara internal keraton. Dia berharap agar semua pihak yang terkait di Keraton Kasepuhan bisa menyelesaikan persoalan yang kini sedang terjadi secara bijak dan mengedepankan prinsip kekeluargaan dan musyawarah.

Agus pun berpesan agar Keraton Kasepuhan sebagai simbol budaya bangsa dapat dipertahankan. Selain itu, polemik yang kini terjadi diharapkan tidak berdampak pada timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban di Kota Cirebon.

Seperti diberitakan sebelumnya, dualisme kepemimpinan di Keraton Kasepuhan terjadi setelah Rahardjo Djali menyatakan dirinya sebagai Sultan Aloeda II. Jumenengan atau proses pengangkatan/penobatan Raharddjo sebagai Sultan Sepuh Aloeda II itu dilakukan di Omah Kulon, salah satu bangunan yang ada di dalam Keraton Kasepuhan, Cirebon, Rabu (18/8).

Padahal selama ini, tahta Keraton Kasepuhan Cirebon diduduki oleh Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin. Dia melakukan jumenengan pada 30 Agustus 2020, menggantikan ayahnya yang wafat, Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningat.

Rahardjo menyatakan, jumenengan terhadap dirinya dilakukan karena menilai Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin, bukan keturunan murni Sunan Gunung Jati. Karena itu, Lukman dianggap tidak berhak atas tahta tersebut.

"Kalau merunut kembali dari kakek moyangnya Luqman, yaitu Alexander  Rajaningrat, beliau tidak memiliki hubungan darah sama sekali dengan Sultan Sepuh XI,'' tukas Rahardjo.

Karenanya, keturunan dari Sultan Sepuh XII Alexander Rajaningrat, yakni Sultan Sepuh XIII PRA Maulana Pakuningrat, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, dan Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin, praktis bukan keturunan dari Sultan Sepuh XI. Sultan Sepuh XII hingga XV pun disebut bukan keturunan murni dari Sunan Gunung Jati.

Sedangkan Rahardjo, menyatakan dirinya adalah cucu dari Sultan Sepuh XI Tadjul Arifin Djamaluddin Aluda Mohammad Samsudin Radjanatadiningrat. Sultan Sepuh XI disebutnya keturunan murni Sunan Gunung Jati. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement