Rabu 06 May 2015 22:11 WIB

Pemira Hanya Strategi Komunikasi PKS

Rep: Agus Raharjo/ Red: Djibril Muhammad
Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tinggal menunggu pengumuman dan pelantikan nama-nama anggota Majelis Syuro (MS). Setelah itu, Mahkamah Majelis Syuro (MMS) akan melakukan sidang pemilihan ketua MS yang baru.

Dalam tradisi pemilihan ketua MS di PKS selalu dilakukan secara tertutup. Padahal, pemilihan anggota MS dilakukan terbuka dengan pemilu raya di internal PKS. Peneliti Founding Fathers House (FFH), Dian Permata mengatakan pemira yang dilakukan PKS untuk mengikis pameo bahwa partai Islam alergi dengan metode pemilihan.

"Bungkusan pemilihan raya (pemira) yang dilakukan PKS dalam memilih anggota majelis syuro PKS tidak bisa dilepaskan dari strategi komunikasi internal dan eksternal PKS," kata Dian kepada Republika, Rabu (6/5).

Dian menambahkan, dalam pemilihan ketua MS nanti, kemungkinan tidak akan diwarnai hujan interupsi dan konflik. Sebab, PKS seperti partai Islam lainnya masih kental dengan konsep takdzim kepada ulama dan tokoh yang dituakan.

Dalam hal ini adalah ketua MS saat ini, Hilmi Aminuddin. Artinya, Hilmi masih memiliki peluang sangat besar untuk kembali menduduki posisi sebagai 'think tank' dari PKS.

"Jabatan Ketua Majelis Syuro di sebuah partai Islam sangat berbeda dengan jabatan Ketua Dewan Pembina di partai nasionalis," kata Dian.

Menurut Dian, kalau Hilmi kembali menjadi Ketua MS, maka posisi tersebut akan ditempati Hilmi lebih dari 10 tahun. Akibatnya, ada efek negatif dalam sebuah proses pergantian yang tidak dapat menghasilkan pimpinan pompinan baru. Proses regenerasi menjadi macet. Dan ini, imbuh dia, menjadi konsekuensi logis dari sebuah pilihan yang ada.

"Regenerasi menjadi bottle neck (macet seperti di leher botol)," imbuh dia.

Seharusnya, imbuh Dian, ada sejumlah nama yang layak dicoba dan dilatih untuk mengisi jabatan Ketua Majelis Dewan Syuro PKS. Beberapa nama itu antara lain, Hidayat Nur Wahid, Tiffatul Sembiring, ata Salim Segaf Al Jufri. Nama-nama ini layak untuk dipertimbangkan merujuk dari tsunami politik yang dialami PKS beberapa waktu lalu saat pergantian ketua umum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement