REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) fokus membidik wisatawan asal Cina karena memiliki kedekatan secara historis.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumsel Irene Camalyn Sinaga mengatakan untuk mencapai target pertumbuhan sektor pariwisata ini Disbudpar Sumsel telah mempromosikan wisata sejarah dan religi yang ada di Kota Palembang ke biro perjalanan hingga kedutaan Cina.
"Hampir seluruh negara di Asia membidik wisatawan asal Cina karena ada sekitar 100 juta orang penduduknya yang berpergian dalam satu tahun. Kota Palembang sendiri sebagai kota yang dalam sejarah sempat disinggahi Laksamana Cheng Ho hingga tiga kali tentunya tidak mau membuang kesempatan ini," kata Irene, Sabtu (18/4).
Untuk itu, Disbudpar Sumsel gencar menggelar kegiatan promosi di dalam dan luar negeri untuk mempromosikan wisata jalur sutra perjalanan Laksamana Cheng Ho itu.
"Beragam kegiatan internasional yang sering diselenggarakan di Palembang menjadi salah satu cara untuk mempromosikan pariwisata. Disbudpar juga aktif mengunjungi kedutaan dan biro perjalanan untuk menginformasikan mengenai paket wisata," kata dia.
Ia menambahkan, upaya itu telah membuahkan hasil karena belum lama ini, Asosiasi Penulis Cina mendatangi Palembang untuk melihat langsung peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Taman Purbakala Bukit Siguntang.
"Selain membidik wisatawan Cina, Sumsel juga berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan dari Singapura dan Malaysia karena sudah ada penerbangan langsung dari Palembang. Tiga negara ini masih menjadi penyumbang tertinggi jumlah wisatawan," kata dia.
Kota Palembang memiliki sejumlah potensi wisata, yakni wisata religi, wisata kuliner, wisata belanja, wisata sejarah. Untuk wisata religi, Pulau Kemaro selalu dipadati ribuan warga keturunan Tionghoa untuk merayakan imlek karena terdapat Klenteng Hok Tjing Rio dan berkembangnya legenda cari jodoh.
Saat ini, wisatawan berkunjung ke Indonesia sekitar 35 persen tertarik terhadap faktor alam, seperti ekologi dan kelautan. Sekitar 60 persen tertarik kuliner, religi, dan sejarah. Sementara peminat wisata buatan seperti pertunjukan dan beragam pameran hanya lima persen.