Rabu 03 Apr 2024 22:08 WIB

Pilkada Sumsel Diyakini Berjalan Seru, Pengamat Singgung Elektabilitas Herman Deru

Pertarungan sesama petahana, seringkali dimenangkan oleh mantan kepalanya.

Mantan Gubernur Sumsel Herman Deru.
Foto: Dok. Web
Mantan Gubernur Sumsel Herman Deru.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Perhelatan pilkada serentak seluruh Indonesia aoan segera dimulai. Riuh ramai isu terkait peta persaingan para bakal calon kepala daerah menggema. Ada daerah malah langsung mendidih suhu politiknya selepas pilpres usai. Itu terjadi karena pasangan petahana dipastikan berpisah. Pasangan itu adalah Herman Deru dan Mawardi Yahya, mantan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatra Selatan.

Herman Deru sudah pasti maju lagi di Pilgub Sumsel 2024. Sedianya akan kembali berpasangan dengan Mawardi Yahya. Namun Mawardi mencuri start dengan mendeklarasikan pasangan Mawardi - Harno Joyo sebagai pasangan Cagub dan cawagub. 

Baca Juga

Bagaimana sesungguhnya peta kekuatan kedua figur tersebut, Peneliti Konsepindo Riset Strategi Jakarta, Aldo Serena mengatakan, data lapangan sampai hari ini menunjukan Herman Deru masih merupakan tokoh dengan elektabilitas tertinggi. Posisinya termasuk yang sulit dikejar. Mawardi Yahya masih tertinggal jauh dan butuh usaha ekstra untuk mengejar ketertinggalan. 

“Data menunjukan Herman Deru adalah bakal calon kontestan dengan peluang unggul yang tertinggi. Popularitasnya tinggi, akseptabilitasnya tinggi, elektabilitasnya juga tinggi. Tingkat kesukaan juga tinggi. Jadi ini tokoh incumbent yang kuat. Siapapun yang mau mengalahkannya, termasuk Mawardi Yahya, harus kerja keras, keras sekali,” ujarnya, Rabu (3/4/2024). 

Aldo Serena menyebut, pertarungan sesama petahana, seringkali dimenangkan oleh mantan kepalanya daripada mantan wakilnya. Itu karena secara de facto kekuasaan menang ada di tangan kepala. 

Ia menambahkan, dalam  Sumsel, bisa jadi karena selama masa pileg pilpres banyak survei yang digelar di dapil lalu didapat ternyata elektabilitas Herman Deru cukup tinggi, akhirnya yang bersangkutan jadi sasaran lempar. Meski sudah tak menjabat, serangan terhadap Herman Deru intensitasnya makin meninggi bahkan sudah bercampur dengan negative campaign dan black campaign. Padahal pendaftaran peserta pilkada belum lagi dibuka.

“Saya kira semakin Herman Deru diserang, berarti data survei yang dimiliki penyerang menunjukan Herman Deru tertinggi peluang menangnya. Saran saya Herman Deru tidak usah layani berbagai serangan itu, Belanda masih jauh,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement