Ahad 15 Mar 2015 09:49 WIB

Tim DVI Ambil Sampel Tubuh Keluarga ABK Tenggelam di Samudra Atlantik

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Indah Wulandari
Sebuah kapal tenggelam (ilustrasi).
Foto: Antara
Sebuah kapal tenggelam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANYUMAS -- Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jateng, mengunjungi orang tua korban dari anak buah kapal (ABK) yang hilang di Samudra Atlantik, Sabtu (14/3) petang.

Tiga orang anggota Tim DVI yang didampingi dua orang petugas dari Kementrian Luar Negeri ini, mengambil sampel bagian tubuh dari Tarsono (52), warga Desa Karang Lewas Kidul Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas, yang merupakan ayah dari Wahyudi (24), ABK yang hilang.

''Kita ambil semua sampel tubuh Tarsono untuk keperluan identifikasi jika kelak diperlukan. Dari ujung rambut, sampel darah, air liur hingga ujung kaki, kita ambil sampelnya.  Kita juga minta keterangan data antemortem seperti ciri-ciri fisik Wahyudi,'' jelas petugas Biddokkes Polda Jateng, AKP dr Aditya Kusuma Putra, Ahad (15/3).

Dia menegaskan, pengambilan sampel orang tua Wahyudi ini dilakukan hanya untuk berjaga-jaga bila kelak dibutuhkan untuk uji DNA atau kebutuhan identifikasi lainnya.

''Tapi sampai sekarang kita masih belum tahu bagaimana nasib Wahyudi setelah dikabarkan kapalnya hilang. Mudah-mudahan, semuanya bisa ditemukan dalam keadaan selamat,'' jelasnya.

Staf Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kemenlu Tamirin Madisman menyatakan, sampai saat ini pihaknya masih belum menerima informasi terbaru terkait kondisi para ABK yang kapalnya dilaporkan hilang di Samudra Atlantik.

''Kami masih melalakukan komunikasi intensif dengan pemerintah Taiwan, Argentina dan Uruguay yang melakukan pencarian,'' jelasnya.

Berdasarkan laporan yang diteruma dari pemerintah Taiwan, sebelum kapal hilang kontak, pihak nahkoda dan pemilik kapal sempat melakukan komunikasi dengan pihak Kementrian Kelautan Perikanan Taiwan.

Nahkoda kapal melaporkan kapal mereka dihantam badai dan mengalami kebocoran. Lokasinya berada di sekitar Kepulauan Falkland.

''Kementerian Kelautan dan Perikanan Taiwan sebenarnya sudah langsung menghubungi pemerintah Inggris yang menguasai kepulauan Falkland dan Argentina untuk meminta bantuan. Namun, pencarian tidak bisa langsung dilakukan mengingat cuaca buruk,'' jelasnya.

Wahyudi dilaporkan menjadi korban kapal yang hilang bersama 20 WNI lainnya. Mereka menjadi awak kapal Hsiang Fu Chuen yang berbendera Taiwan, yang dilaporkan hilang pada 26 Februari 2015 lalu.

Dari 21 ABK yang dilaporkan berkewarganegaraan Indonesia, baru 14 orang sudah diketahui identitasnya. Lima orang merupakan warga Kabupaten Brebes, tiga orang warga Kota Tegal, seorang warga Banyumas, satu warga Cirebon, dan seorang warga Majelangka.

Tarsono, orang tua Wahyudi, berharap anaknya yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara tersebut berhasil selamat dan pulang ke kampung halamannya.

''Anak saya berangkat melalui agen resmi, PT Bima Samudra Bahari. Pihak perusahaan juga sudah datang ke sini untuk memberitahukan kapal yang diikuti anak saya hilang dan sekarang sedang dilakukan pencarian,'' jelasnya.

Menurut dia, anaknya tersebut baru pertama kali bekerja sebagai ABK. ''Dia baru berangkat 20 Februari 2015 lalu. Namun tanggal 26 Februari ternyata sudah dilaporkan kapal anak saya hilang,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement