REPUBLIKA.CO.ID, BALIGE, SUMUT -- Ratusan hektare lahan persawahan di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara, terancam kekeringan akibat irigasi "Silambanua" Desa Bonandolok III, Kecamatan Balige, jebol dan tanahnya longsor.
"Jika irigasi Silambanua ini dibiarkan tak berfungsi, sawah penduduk di 13 Desa di Kecamatan Balige dan tiga desa lainnya di Kecamatan Laguboti pasti tanamannya akan rusak, tak menghasilkan," kata seorang petani, A. Hutagaol saat bergotong royong memperbaiki irigasi tersebut di Balige, Senin (23/2).
Pascajebolnya irigasi Silambanua itu, kata dia, diyakini akan memengaruhi hasil panen, bahkan bila terus berlangsung bisa menyebabkan gagal panen (fuso).
Apalagi, akhir-akhir ini tidak lagi hujan, sehingga ratusan hektare sawah di kedua kecamatan tersebut dilanda kekeringan.
Saat ini, lanjut Hutagaol, kondisi padi milik petani di daerah tersebut sudah mulai layu dan menguning, tapi bukan karena bulirnya yang mulai masak, melainkan disebabkan kekeringan yang berkepanjangan.
"Sudah hampir sebulan sejak irigasi jebol, air tak lagi mengalir, sehingga hampir kandaslah harapan kami untuk memeperoleh hasil panen yang memadai," keluhnya.
Kepala Desa Parsuratan-Balige, Turman Simanjuntak yang turut menggagas gotong royong itu berharap bangunan irigasi dimaksud dapat segera diperbaiki oleh instansi terkait.
Menurutnya, gotong royong yang mereka lakukan, sebagai salah satu solusi mengatasi masalah kekeringan, sebelum perbaikan irigasi yang longsor tersebut dirampungkan Dinas berkompeten. "Kita berharap masalah ini segera dapat diatasi, mengingat kondisi padi yang kekeringan saat ini," katanya.
Sebelumnya, Staf Dinas PU Tobasa, Piter Pangaribuan menegaskan, pihaknya segera melakukan perbaikan irigasi secepatnya.
Menurutnya, perbaikan akan diusahakan secepatnya, dan berharap para petani tersebut bisa bersabar. "Pekerjaan perbaikan akan dilakukan secara permanen, agar irigasi dapat dipergunakan secara optimal," kata Piter.