REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo memiliki standar kebanggaan yang seharusnya dimiliki para pegawai negeri. Ia menilai mentalitas pegawai negeri harus diubah, dari mentalitas kaum ndoro menjadi mentalitas melayani.
"Rakyat dipandang sebagai objek dari penguasa, bukan sebagai "mereka yang seharusnya dilayani". Mentalitas feodal itulah yang harus diubah," katanya lewat akun Facebook pribadinya yang diunggah pada Selasa (2/12).
Menurutnya, budaya birokrasi harus dibentuk menjadi budaya birokrasi egaliter, pejabat-pejabat birokrasi harus tenggelam dalam irama kehidupan rakyat bukannya malah membangun kesenjangan. Ketika pejabat tenggelam dalam kehidupan rakyat, karakter yang dibangun pertama kali adalah "hidup sederhana".
Jangan kemudian pejabat menjadi contoh bagaimana kehidupan serba glamour, pejabat seperti raja-raja kecil, memamerkan kemewahan ditengah rakyat yang seharusnya dilayani. Eksistensi pegawai negeri haruslah diukur dari prestasi kerjanya dalam melayani rakyat, bukan dari seberapa banyak tamu diundang dalam pesta pernikahan anaknya.
"Ukuran kebanggaan pegawai negeri adalah bagaimana melihat rakyat hidup lebih baik, bukan membanggakan "gendut-nya rekening" dari sabetan pendapatan ilegal proyek-proyek," katanya.
Menurut Jokowi, hidup yang sederhana dengan rejeki yang halal, mengabdi sepenuhnya pada bangsa dan negara, melayani rakyat dengan kesungguhan hati.
"Itulah kebanggaan sejati Pegawai Negeri, itulah sesungguh-sungguhnya kehormatan kemanusiaan dari Pegawai Negeri Republik Indonesia," katanya.