REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hasil pemeriksaan forensik terhadap AK siswa korban kekerasan seksual di Jakarta Internasional School (JIS) berbeda dengan Berkas Acara Pemeriksaan (BAP). Dalam BAP disebutkan korban disodomi sebanyak 13 kali, sedangkan hasil forensik menunjukkan kondisi korban normal.
Hal itu terungkap dalam sidang lanjutan perkara kekerasan seksual di JIS, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (22/10). Sidang tersebut menghadirkan saksi ahli dari Departemen Ilmu Kedokteran Forensik FK UI RSCM, dr Oktavinda Safitry.
"Makanya kami ulang pertanyaan 13 kali disodomi oleh beberapa orang, terakhir disodomi tanggal 17 Maret maka kalau itu ter jadi, dokter Narain (Narai Punjabi dokter spesialis anak di Klinik SOS Medika) yang pertama melihat dan bisa dilihat dokter Oktavinda tapi hasil kesimpulannya jelas. Begitu diperiksa anusnya kooperatif. Nadi dan lubang pelepas normal," jelas Patra M Zen, pengacara terdakwa Virgiawan Amin, di PN Jaksel seusai sidang.
Dalam sidang, dokter Oktavinta menjelaskan jika ada luka memar karena sodomi minimal dalam sepekan masih ada bekasnya. Sedangkan jika ada luka robek lebih dari sepekan masih bias dilihat. Sehingga jika kasus sodomi terakhir terjadi pada 17 Maret, kata Patra, dokter Narain yang memeriksa pada 22 Maret seharusnya orang yang pertama melihat.
Namun hasil pemeriksaan dokter Narain menunjukkan tidak ditemukan penyakit menular seksual dan tidak ditemukan adanya herpes. Sedangkan hasil pemeriksaan forensik oleh dokter Oktavinda menunjukkan tidak ditemukan luka, robek, atau lecet, lipatan sekitar lubang pelepas tampak baik, dan kekuatan otot lubang pelepas baik.
"Kalau terjadi sodomi berulang-ulang pasti ada perbedaan. Ya soal bentuknya itu jadi berubah, itu ada di BAP nomor 12," ucapnya.
Sidang berikutnya dijadwalkan pada Senin (27/10). Dalam sidang tersebut, Majelis hakim meminta kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU) untuk menhadirkan saksi-saksi yang ada dalam BAP. Sejak awal, Patra meminta minimum tiga saksi yang dihadirkan. Pihaknya meminta saksi yakni Neil Murphy guru kelas AK di JIS, serta Luciana asisten guru di JIS.
"Karena kita bicara soal sekolah sampai hari ini guru dan asisten guru yang setiap hari melihat si anak belum kami lihat keterangannya," katanya.