REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kerusakan lingkungan di Tangerang saat ini dinilai semakin parah. Guna mengantisipasinya sejumlah aktivis lingkungan di Tangerang, Banten, yang tergabung dalam Gerakan Relawan Daerah Cinta Alam (Garda Alam) membuat gerakan 'Save Cisadane'.
Plt Koordinator Garda Alam, Romly Revolvere di Tangerang, Selasa, mengatakan, wadah ini akan memberikan dukungan terhadap penuntasan masalah kasus kerusakan lingkungan. Menurutnya, pihak yang mesti bertanggung jawab dalam kerusakan lingkungan, justru lolos dari jerat hukum. "Kami hadir untuk memperjuangkan ekologis di Tangerang. Kerusakan yang selama ini terjadi, dapat kami hilangkan," katanya di Tangerang, Selasa (30/9).
Rencana kerja untuk pertama yakni melakukan pendataan terhadap permasalahan lingkungan dan membuat advokasi agar penuntasan kasus bisa selesai dan sanksi sesuai aturan. Kemudian, mengajak masyarakat dan elemen lainnya bergabung sebab wadah ini terbuka karena misinya untuk mewujudkan keadilan ekologis di Tangerang.
"Kita juga mengajak Pemerintah Daerah untuk bersinergi terhadap pihak yang melakukan kerusakan lingkungan," katanya.
Adapun elemen yang sudah bergabung yakni Sarekat Hijau Indonesia, Gerapeli, GMNI Tangerang, HMI Tangerang, Himaputra, Himatani, Wahana Hijau Fortuna (WHF), Himauntika, Ranita UIN Jakarta dan Korps Tangsel. Gerakan 'Save Cisadane' muncul setelah adanya kasus pencemaran lingkungan oleh dua pabrik di Kota Tangerang.
Kedua pabrik tersebut membuang limbah ke sungai cisadane tanpa dilakukan pengolahan melalui IPAL dan diketahui secara langsung Wali Kota Tangerang, Arief R Wismansyah. Pemkot Tangerang pun melaporkan temuan tersebut kepada kepolisian, Kementerian Lingkungan Hidup dan kejaksaan untuk diberikan sanksi sesuai aturan. "Kita juga tutup salurannya agar tidak membuang lagi limbah ke cisadane," kata Arief.