REPUBLIKA.CO.ID,
YOGYAKARTA -- Pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ternyata tidak berpengaruh pada laju inflasi Kota Yogyakarta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DI Yogyakarta, laju inflasi di Kota Yogyakarta pada Agustus 2014 hanya 0,09 persen jauh lebih rendah dari inflasi Juli yang mencapai 0,85 persen.
"Inflasi Agustus ini merupakan terendah dalam lima tahun terakhir," kata Kepala BPS DIY, Bambang Kristianto Senin (1/9). Laju inflasi bulan Agustus menurut Bambang dipicu oleh naiknya beberapa komoditas pada awal bulan Agustus.
Komoditas terbesar yang mempengaruhi laju inflasi adalah kenaikan tarif listrik, cabai merah, taman kanak--kanak, dokter umum dan mie instant. "Pada awal bulan Agustus merupakan liburan pasca lebaran sehingga permintaan akan beberapa komoditas naik yang berpengaruh pada kenaikan harga juga," katanya.
Menurut data, tarif listrik pada Agustus naik 0,92 persen sehingga memberkan andil 0,04 persen pada laju inflasi. Cabai merah naik 30,59 persen dan memberikan andil sebesar 0,03 persen. Taman kanak-kanak naik 5,73 persen dan dokter umum tarifnya juga naik 3,57 persen. Keduanya masing-masing memberikan andil 0,02 persen pada laju inflasi.
Sementara komoditas yang menghambat laju inflasi adalah bawang merah yang turun harga sebesar 13,99 persen dan memberika andil -0,05 persen. Daging ayam ras turun 4,02 persen memberikan andil sebesar -0,04 persen serta angkutan antar kota, bawang puttih, dan telur ayam ras juga turun harga sehingga menghambat laju inflasi.
Anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DI Yogyakarta yang juga peneliti senior Bank Indonesia Yogyakarta, Joko Raharto mengatakan, antrean kendaraan di semua SPBU di Yogyakarta akibat pembatasan BBM memang tidak mempengaruhi laju inflasi di Yogyakarta. "Permintaan meningkat itu dii SPBU dan harganya tetap tidak naik. Yang naik hanya di eceran itupun hanya spot-spot kecil saja," ujarnya.