Ahad 18 May 2014 20:57 WIB

Kutai Kartanegara Siapkan Beasiswa Belajar ke Universitas Cambridge

Red: M Akbar
Universitas Cambridge
Foto: planetware.com
Universitas Cambridge

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, menyediakan beasiswa untuk belajar ke Universitas Cambridge, Inggris. Beasiswa ini bakal diberikan kepada guru dan pelajar berprestasi.

Bupati Kukar, Rita Widyasari, menjelaskan pihaknya saat ini telah meneken kesepakatan kerjasama dengan pihak Cambridge. Sebagai langkah awal, kata dia, pihaknya akan melakukan program pembelajaran bahasa Inggris bagi 800 guru dan 13.800 siswa SMP dan SMU.

''Selanjutnya bagi guru dan murid yang berprestasi akan mendapat kan beasiswa pendidikan di  Cambridge University. Dananya berasal dari biaya APBD,'' kata Rita kepada wartawan di Jakarta, Ahad (18/5).

Sebelum dilakukan penandatangana MoU, Rita mengatakan, pihak Cambridge sudah melakukan survei awal. Survei tersebut dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pendidikan dan gambaran mengenai kemampuan para guru dan siswa di wilayah Kukar.  Selanjutnya, kata dia lagi, pihak Cambridge melakukan program dan metode pengajaran kepada para guru.

''Target kami, tahun depan sudah ada guru dan siswa yang berprestasi dan bisa menempuh pendidikan di Cambridge. Setidaknya ada 5 guru dan 5 siswa setiap tahun. Semua dibiayai APBD yang kami alokasikan Rp 5 miliar tiap tahun,'' kata Rita.

Rita mengatakan, program ini sengaja dibuat demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan kemampuan warganya dalam berbahasa Inggris. Ini perlu dilakukan, kata dia, karena Kukar sudah menjadi daerah tujuan investasi yang dilirik oleh para investor asing.

''Saya tidak mau masyarakat Kukar hanya menjadi penonton. Masa depan Kukar bergantung pada kualitas sumber daya manusianya, bukan hanya sumber daya alam saja karena akan habis. Jika sumber daya alam tidak ada, saya khawatir Kukar akan tertinggal,'' tutur sang bupati.

Rita juga ingin bahasa Inggris menjadi bahasa kedua, sebagaimana yang berlaku di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

''Saya mau bahasa Inggris tidak menjadi bahasa ‘asing’ tetap menjadi bahasa kedua. Harapannya masyarakat siap untuk bergaul dan bekerja sama dengan dunia internasional,'' ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement