Selasa 29 Apr 2014 23:20 WIB

Seorang Bocah Tewas di IGD RS Elizabeth, Korban Malpraktik?

Malpraktik, ilustrasi
Foto: zizzahaz.wordpress.com
Malpraktik, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Seorang bocah perempuan berusia 20 bulan, Alifiandra Inara, diduga mengalami malpraktik hingga akhirnya meninggal dunia setelah menjalani pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Santa Elizabeth, Purwokerto, Jawa Tengah.

"Saat di IGD RSU St. Elizabeth pada Jumat (25/4), anak kami disuntik obat melalui infus oleh seorang perawat. Namun, lima menit kemudian, bibirnya tampak biru-biru dan kakinya terasa dingin, hingga akhirnya meninggal dunia," kata ibunda Alifiandra, Debi Oktavanie (30) didampingi suaminya Haryadi (34), di Purwokerto, Selasa.

Sebelum meninggal, kata dia, Alifiandra pada Selasa (22/4) mengeluh sakit dan nafsu makannya berkurang, sehingga keluarga membawanya berobat di sebuah klinik dan diperiksa oleh salah seorang dokter spesialis anak.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, lanjut dia, dokter tersebut menyimpulkan jika Alifiandra mengalami gejala radang tenggorokan karena akan terkena flu dan batuk sehingga nafsu makannya berkurang.

Oleh karena kondisinya tidak mengalami perubahan, Debi akhirnya kembali membawa anaknya ke klinik tersebut pada Jumat (25/4) pagi.

"Dokter selanjutnya merujuk anak saya ke RSU St. Elizabeth. Saat baru masuk IGD RSU St. Elizabeth, sekitar pukul 10.00 WIB, anak saya masih dalam kondisi segar dan ceria," katanya.

Bahkan, kata dia, Alifiandra juga berjalan sendiri menuju timbangan saat berat badannya hendak ditimbang.

Dia mengaku sempat mengabadikan tingkah Alifiandra karena suaminya yang sedang dinas di luar kota minta kiriman foto putri mereka.

Setelah ditimbang, lanjut dia, dokter jaga IGD segera memasang selang oksigen ke hidung Alifiandra termasuk memasang infus pada tubuh putrinya itu, dan selanjutnya seorang perawat menyuntikkan obat ke dalam selang infus.

"Namun lima menit kemudian, bibir anak saya langsung biru-biru. Saya langsung menggendongnya dan memanggil dokter jaga, hingga akhirnya dilakukan tindakan menggunakan alat pemacu jantung," katanya.

Akan tetapi, kata dia, upaya tersebut tidak mampu menyelamatkan Alifiandra. "Anak saya akhirnya meninggal dunia," katanya.

Terkait hal itu, Debi berupaya mencari tahu penyebab kematian anaknya dengan menanyakannya kepada dokter.

Namun jawaban yang diberikan dokter dinilai tidak memuaskan karena hanya mengatakan jika Alifiandra menderita infeksi paru-paru.

"Padahal, indikasi sebelumnya, anak saya menderita radang paru-paru. Selain itu, anak saya lahir di RSU Elizabeth dan pernah dirawat di sana selama beberapa hari, seharusnya rumah sakit punya rekam medis anak saya," kata Debi.

Oleh karena itu, dia bersama suaminya ingin meminta penjelasan secara medis dari rumah sakit terkait alasan penyuntikan obat ke selang infus hingga akhirnya Alifiandra meninggal dunia.

"Kami belum berencana membawa masalah ini ke jalur hukum. Kami ingin adanya penjelasan dari rumah sakit," kata Haryadi menambahkan.

Menurut dia, manajemen RSU St. Elizabeth menjanjikan untuk memberikan keterangan pada hari Selasa (29/4).

Akan tetapi saat wartawan bersama keluarga Haryadi mendatangi RSU St. Elizabeth, petugas keamanan rumah sakit mengatakan bahwa pimpinannya sedang rapat sehingga belum bisa ditemui."Saat ini pimpinan masih ada rapat, jadi belum bisa bertemu, mohon maaf," kata salah seorang petugas keamanan, Hartowo.

Sementara saat dihubungi wartawan melalui saluran telepon pada Selasa malam, pejabat Humas RSU St. Elizabeth, Eli mengatakan bahwa dokter telah menangani pasien atas nama Alifiandra Inara sesuai prosedur.

Menurut dia, manajemen RSU St. Elizabeth telah memberikan penjelasan kepada keluarga pasien yang meninggal dunia tersebut. "Lebih jelasnya, silakan datang ke rumah sakit besok pagi (Rabu, red.), bertemu langsung dengan direktur," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement