Sabtu 05 Apr 2014 17:03 WIB

Gerinda Disarankan Koalisi Dengan Golkar

Rep: c56/ Red: Bilal Ramadhan
Simpatisan partai Gerindra mengecat tubuhnya saat menghadiri Hari Jadi partai Gerindra di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Ahad (23/3). (Republika/Agung Supriyanto)
Simpatisan partai Gerindra mengecat tubuhnya saat menghadiri Hari Jadi partai Gerindra di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Ahad (23/3). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– Berbagai survey nasional menyebutkan elektabilitas partai Gerindra saat ini masih kalah dibandingkan PDI Perjuangan (PDIP). Data tersebut semakin menguatkan jika Gerindra sebaiknya lebih cepat untuk menggaet Golkar sebagai koalisinya.

“Lebih baik Gerindra merapat ke partai yang besar (seperti Golkar),” ujar Ermus Sohimbing. Dalam diskusi panel yang di Jakarta pusat, Sabtu (5/4).

Pakar komunikasi politik ini menyebutkan bila Gerindra hanya berkoalaisi dengan partai kecil maka ini akan cukup sulit untuk menandingi PDIP dengan Jokowi sebagai calon presiden.

Isu yang santer diberitakan jika PPP akan merapatkan barisannya kepada Gerindra. Dinilai masih belum mampu mengalahkan PDIP. Pasalnya suara Partai Islam ini baru mempunyai suara sebanyak 3-4 persen saja, sedangkan Gerinda baru mencapai sekitar 17 persen.

Gerindra, lanjutnya, mungkin bisa saja menggabungkan seluruh partai dengan suara kecil. Hanya saja tindakan ini akan membuat terlalu banyak kursi pejabat negara yang harus dibagikan kepada partai lain. Ermus menyebutkan, saat ini partai Golkar sedang dalam posisi strategis.

Partai beringin ini tinggal menunggu apakah Gerindra atau PDIP, yang akan meminangnya menjadi koalisi dipemilu 2014. Ke depannya, lanjut Ermus, para partai politik memang harus melakukan yang namanya koalisi.

Ini dikarenakan banyak dari partai politik yang memepunyai elektablitasnya tinggi, namun tokoh yang mereka usung kurang dimintai dan juga sebaliknya. Oleh karena itu partai mana saja, walaupun mempunyai sura yang besar pada awa; kampanye. Jika dia mencalonkan diri dengan kandidat yang sama partai. Ada kemungkinan partai tersebut malah terjungkal saat pemilihan presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement