REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bandara Internasional Soekarno-Hatta tercatat sebagai bandara yang tersibuk kedelapan atau naik satu peringkat dibandingkan dengan tahun lalu berdasarkan data media resmi Dewan Bandara Internasional tahun 2013.
"Dari peringkat tersebut, maka Bandara Internasional Soekarno-Hatta juga tercatat sebagai bandara tersibuk keempat di kawasan Asia Pasifik setelah Beijing Capital International Airport, Haneda International Airport di Tokyo, dan Dubai International Airport," kata Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura II Daryanto dalam peringkat tertulis, Kamis (20/2).
Menurut Daryanto, posisi Bandara Internasional Soekarno-Hatta di peringkat kedelapan dunia dan keempat di Asia Pasifik ini menandakan pertumbuhan industri penerbangan yang cukup signifikan di Indonesia.
Ia mengungkapkan bahwa rata-rata pertumbuhan industri penerbangan nasional memang mencapai 2,5 kali dari pertumbuhan ekonomi nasional.
Sekper Angkasa Pura II juga menuturkan, pihaknya telah memiliki rencana induk pengembangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk menghadapi pertumbuhan jumlah penumpang pesawat.
"Terminal 1 dan Terminal 2 akan direvitalisasi dari masing-masing berkapasitas 9 juta penumpang menjadi masing-masing berkapasitas 18 juta penumpang dan 19 juta penumpang," kata Daryanto.
Sementara Terminal 3 yang berkapasitas 4 juta penumpang, lanjutnya, juga tengah dikembangkan menjadi 25 juta penumpang dimana ditargetkan bisa mulai dioperasikan pada 2015.
Dari sisi udara, ujar dia, kapasitas dua runway juga akan ditingkatkan dari saat ini mampu melayani 64 penerbangan per jam menjadi 72 penerbangan tahun ini, lalu kemudian 86 penerbangan pada 2015.
Senior General Manager PT Angkasa Pura II Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta Bram Bharoto Tjiptadi menuturkan pihaknya selalu siap memberikan pelayanan prima kepada para penumpang pesawat.
"Bandara Internasional Soekarno-Hatta selalu berupaya untuk meningkatkan pelayanan, baik itu di terminal maupun di fasilitas bandara lainnya seperti lahan parkir atau transportasi publik," jelas Bram.