REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peserta konvensi bakal calon presiden Partai Demokrat Dahlan Iskan mengaku tidak menghiraukan jika elektabilitasnya merosot akibat polemik kenaikan harga gas elpiji yang sempat menyudutkan dirinya selaku Menteri BUMN.
"Saya tidak mencemaskan, biar masyarakat yang menilai," ujar Dahlan setelah temu media acara Konvensi Demokrat di Jakarta, Senin (6/1).
Menurut Dahlan, pengambilan kebijakan kenaikan harga gas elpiji pada 1 Januari lalu cukup dilematis karena mempertimbangkan posisi daya saing Pertamina dan kebutuhan masyarakat banyak. "Direksi (Pertamina) sekarang, saya minta Pertamina menjadi kebanggaan Indonesia. Dalam keadaan sulit Pertamina harus tumbuh dua digit," ujar dia.
Namun, di sisi lain, dia juga mengaku memang seharusnya Pertamina dan Pemerintah lebih memperhatikan kebutuhan rakyat terkait gas elpiji ini. Maka dari itu, dia mengaku sangat menyesalkan kenaikan harga gas elpiji tersebut, apalagi momentumnya sangat tidak tepat yakni di awal tahun 2014, yang dibarengi dengan kenaikan harga bahan makanan pokok.
"Seandainya empat tahun lalu usul kenaikan 12 kg naiknya sedikit-sedikit, itu nggak terasa. Tapi karena sudah empat tahun, naiknya besar sekali, orang jadi kaget," tuturnya.
Untuk ke depannya, Dahlan mengatakan perlu diatur jangka waktu dan strategi kenaikan harga gas elpiji maupun komoditas yang menyangkut hajat hidup orang banyak, agar kenaikan harga tidak menyulitkan masyarakat. Kenaikan harga itu dapat diatur secara bertahap, kata mantan Dirut PLN itu.
Dahlan yang bersaing dengan 10 peserta konvensi Partai Demokrat lainnya. Diantara 11 peserta konvensi Partai Demokrat, elektabilas Dahlan Iskan selalu menempati posisi teratas dalam berbagai survei.
Konvensi Demokrat dimulai sejak September 2013 hingga April 2014. Konvensi diikuti 11 peserta, yakni Ali Masykur Musa, Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, dan Sinyo Harry Sarundajang.