Kamis 02 Jan 2014 18:22 WIB

Kompolnas Pertanyakan Dukungan Medis Densus 88

 Anggota tim Densus 88 melakukan penggerebekan dan penangkapan teroris di salah satu rumah kontrakan di Kampung Batu Rengat, Desa Cigondewah, Kab. Bandung, Rabu (8/5).
Foto: Antara/Fahrul Jayadiputra
Anggota tim Densus 88 melakukan penggerebekan dan penangkapan teroris di salah satu rumah kontrakan di Kampung Batu Rengat, Desa Cigondewah, Kab. Bandung, Rabu (8/5).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Prof Adrianus Meliala mempertanyakan dukungan tim medis dalam setiap operasi Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.

"Dalam penggerebekan terduga teroris di Ciputat, ada anggota Densus yang tertembak di kaki kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Pondok Indah. Seharusnya Densus juga didukung tim medis," kata Adrianus Meliala di Jakarta, Kamis.

Kriminolog dari Universitas Indonesia itu mengatakan Densus 88 perlu didukung tim medis dalam setiap operasinya. Sebab, dalam beberapa upaya penangkapan atau penggerebekan terduga teroris, seringkali terjadi perlawanan hingga baku tembak.

Selain tertembak di kaki, anggota Kompolnas lainnya, Edi Saputra Hasibuan mengatakan ada juga anggota Densus 88 yang tertembak di bagian dada."Namun lukanya tidak terlalu parah karena mengenakan rompi anti peluru," ujarnya.

Adrianus Meliala bersama Edi Saputra Hasibuan mendatangi Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I R Said Sukanto, Kramatjati, Jakarta, terkait dengan autopsi jenazah keenam terduga teroris Ciputat.

Ia mengatakan karena proses autopsi dan identifikasi sedang berlangsung, maka Kompolnas tidak ingin mengganggu.

Menurut dia, Kompolnas akan bekerja setelah Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri menyampaikan hasil autopsi dan identifikasi.

"Karena prosesnya masih berlangsung, tentu kami tidak bisa melihat langsung jenazahnya. Apalagi kami bukan pakar forensik. Karena itu, kami akan datang lagi setelah autopsi selesai," tuturnya.

Menurut Adrianus, pihaknya akan terus memantau penanganan kasus dan jenazah terduga teroris yang digerebek di Ciputat, Tangerang Selatan.

Dia mengatakan Kompolnas seiring dengan keinginan masyarakat untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya."Kami ingin mencari tahu apakah keenam orang tersebut meninggal karena penggerebekan yang berlebihan atau tidak. Kalau garis polisi yang terpasang di lokasi penggerebekan sudah dilepas, kami juga akan melihat langsung ke Ciputat," jelasnya.

Sebelumnya, sejak Selasa (31/12) sore hingga Rabu (1/1) pagi tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dan Polda Metro Jaya melakukan penggerebekan di sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan.

Dalam penggerebekan yang disertai baku tembak itu, enam terduga teroris yang diduga bagian dari kelompok Abu Roban tewas.

Terduga teroris yang tewas adalah Nurul Haq alias Dirman, Ozi alias Tomo, Rizal alias Hendi, Edo alias Ando, dan Amril.Sementara satu orang sebelumnya tewas ditembak di ujung Gang Hasan ketika mengendarai motor adalah Daeng alias Dayat.

Saat ini jenazah keenam terduga teroris itu berada di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I R Said Sukanto, Kramatjati untuk diidentifikasi dan autopsi.

Beberapa orang yang mengaku sebagai keluarga keenam orang itu sudah datang ke Ruang Identifikasi Forensik, tetapi tidak bersedia memberikan keterangan kepada wartawan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement