Sabtu 28 Dec 2013 06:34 WIB

Presiden: Jangan Biarkan Pemikiran Radikal Tumbuh

Presiden SBY
Foto: biographypeople.info -
Presiden SBY

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan agar tidak membiarkan pemikiran keagamaan yang ekstrem dan radikal tumbuh di Indonesia karena akan mengganggu kerukunan dan kedamaian umat beragama.

"Jangan biarkan pemikiran radikal dan ekstrem tumbuh di negeri ini," kata Presiden saat memberikan sambutan pada perayaan Natal Nasional 2013 di Jakarta, Jumat (27/12) malam. Untuk itu, menurut Presiden, perlu dipupuk kesadaran sejak dini kepada generasi-generasi baru Indonesia mengembangkan toleransi, kerukunan dan perdamaian.

Presiden menghadiri puncak perayaan Natal Nasional 2013 didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono. Selain itu hadir pula Wakil Presiden Boediono beserta istri Herawati Boediono dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, di antaranya tampak Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Para tokoh masyarakat, duta besar negara, pimpinan lembaga negara serta sekitar 4.000 umat kristiani juga turut hadir dalam perayaan Natal yang bertema "Datanglah Ya Raja Damai" dan sub tema bersama-sama mewujudkan damai yang berkeadilan dalam konteks kemajemukan, lingkungan hidup dan demokrasi.

Presiden dalam kesempatan itu menyerukan tugas tersebut bukan hanya dilakukan oleh negara, namun juga seluruh pemangku kepentingan di negara ini, baik pemuka agama maupun masyarakat. "Jangan hanya menggantungkan kepada negara untuk mengatasi setiap gangguan toleransi dan kerukunan," kata Presiden.

Presiden lebih lanjut mengatakan, mewujudkan kerukunan dan kedamaian adalah tugas sepanjang masa. Hal ini karena kemajemukan bangsa Indonesia syarat akan akar konflik dan perbedaan. Oleh karena itu, mengembangkan sikap memberi dan menerima, serta konsensus dan tenggang rasa harus terus dipupuk. Pemuka agama dapat memberi contoh hal itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement