Jumat 29 Nov 2013 06:30 WIB

Kadinsos DKI: Daripada ke Pengemis, Sedekah Lebih Baik ke Masjid

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Didi Purwadi
Pengemis - ilustrasi
Pengemis - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta, Kian Kelana, mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mudah memberikan uang kepada pengemis. Hal itu menyusul munculnya fenomena pengemis yang membawa uang Rp 25 juta di gerobaknya.

Kelana mengatakan tertangkapnya Walang, pengemis tajir yang membawa uang Rp 25 juta, merupakan bukti bahwa masyarakat mudah ditipu oleh orang yang mengiba dengan meminta belas kasihan dari orang lain.

"Dinsos DKI berpesan, bila masyarakat ingin bersedekah lebih baik ke masjid, panti atau tempat-tempat yang lain," kata Kian saat dihubungi Republika Online.

Kelana menambahkan upaya penegakan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang ketertiban umum akan terus dilakukan oleh Dinsos DKI. Pihaknya berjanji akan terus berupaya menertibkan gelandangan dan pengemis di wilayah DKI Jakarta.

Banyaknya gelandangan dan pengemis di DKI Jakarta memang cukup mencengangkan. Selama bulan November 2013 saja, kata Kelana, Dinsos menertibkan sedikitnya 500 orang gelandangan dan pengemis.

"Yang ada keluarganya kita pulangkan ke keluarga,'' katanya. ''Yang tidak ada (keluarga), kita rehabilitasi di panti kita.''

Dari penangkapan sekitar 500 orang gelandangan dan pengemis, lanjut Kelana, yang paling banyak berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. "Dari Jawa Tengah dan Jawa Barat paling banyak. Masing-masing seratusan orang kita pulangkan ke keluarga mereka masing-masing," ungkapnya.

Seorang pengemis bernama Walang ditangkap oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan di bawah fly over Tugu Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (26/11).

Walang ditangkap bersama rekannya, Sa’aran (60 tahun), yang juga berperan sebagai orang sakit yang tidur di gerobak mereka. Di gerobak itulah ditemukan uang tunai hingga Rp 25 juta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement