REPUBLIKA.CO.ID, Alunan nada angklung dengan irama Gundul Gundul Pacul menyedot perhatian pengunjung dari berbagai belahan dunia yang memadati acara Annual International Bazaar United Nations Women’s Guild (UNWG) di markas PBB, Jenewa, Swiss.
Penampilan ditutup dengan gemuruh tepuk tangan tiada henti setelah lagu balada Italia ‘O Sole Mio, karangan komponis E.Di Capua, berhasil menghipnotis penonton.
“Sungguh luar biasa, saya tidak pernah menyangka bahwa tahun ini kami akan mendapatkan kejutan besar di perhelatan kami, pertunjukan musik yang begitu mengesankan, unik dan tak pernah terbayangkan, terima kasih Indonesia” ujar Kajori Masse-Basu, President United Nations Women’s Guild (UNWG).
UNWG (United Nations Women’s Guild) adalah suatu perkumpulan dalam lingkungan Persatuan Bangsa Bangsa, yang memfokuskan diri meningkatkan kualitas wanita dalam pergaulan internasional sekaligus melakukan kegiatan sosial untuk kesejahteraan anak dan wanita di seluruh dunia. Setiap tahunnya perkumpulan ini mengadakan International Bazaar di markas PBB Jenewa, yang diikuti oleh negara negara anggota PBB untuk mendanai sejumlah proyek kemanusiaan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Mardhiah Farid, sekretaris ketiga Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa, menyatakan bahwa seperti tahun tahun sebelumnya, PTRI Jenewa, menggunakan kesempatan ini untuk mempromosikan berbagai kuliner Indonesia seperti sate, nasi goreng, tahu isi, juga barang kerajinan asli Indonesia seperti batik, tenun, dan perhiasan batu serta tembaga bakar. “Pelaksanaan Bazaar tahun ini terasa lebih special, karena Indonesia diberi kesempatan untuk menampilkan musik tradisionalnya melalui penampilan Les Sangkuriang” tambah Mardhiah.
Bagi kelompok Les Sangkuriang, mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi di markas PBB, yang kebetulan bertepatan dengan 3 tahun angklung diakui dunia melalui UNESCO sebagai a Masterpiece of Oral and Intangible of humanity, seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Ajang ini tidak hanya dimanfaatkan menjadi ajang promosi angklung, namun sekaligus membawa nama Indonesia ke pentas antarbangsa. Terlebih, kelompok ini menjadi satu satunya pengisi acara kategori musik tradisional yang mendapat kesempatan tampil di panggung utama hajatan besar Bazaar UNWG tahun ini, yang setidaknya dihadiri oleh 5000 pengunjung.
"Suka cita tak tergambarkan, semua mata saat itu tertuju kepada angklung, warisan dunia dari Indonesia. Ini bukti nyata bahwa hingga saat ini kesenian tetap mejadi media diplomasi yang ampuh, kami sangat bangga " ujar Ibu Moeliek Triyono Wibowo, istri dari Wakil Tetap Perutusan Republik Indonesia untuk PBB dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa, Swiss.