REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konvensi calon presiden yang akan digelar Partai Demokrat dikhawatirkan justru akan menenggelamkan demokrasi. Lantaran konvensi diisyaratkan dilakukan semi terbuka, meski disebut akan mengutamakan suara rakyat.
"Ini kan hajat publik. Sejauh ini tidak ada syarat yang diumumkan ke publik tentang bagaimana kriteria seseorang diundang mengikuti konvensi," kata Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti dalam diskusi di Formappi, Jakarta, Ahad (4/8).
Partai Demokrat, Ray melanjutkan belum pernah mengumumkan kriteria apa saja yang diinginkan dari calon peserta konvensi. Misalnya, tingkat tingkat pendidikan, latar belakang dan pengalaman organisasi, hingga dukungan minimal terhadap calon peserta.
Persyaratan yang jelas dibutuhkan agar konvensi tidak diikuti oleh orang yang punya popularitas semata, atau orang yang memiliki kepentingan dan perjanjian politik tertentu dengan petinggi Partai Demokrat.
Sistem semi terbuka yang tidak memungkinkan pendaftaran dilakukan, menurut Ray sudah menjadi kelemahan awal. Jika penjaringan peserta tertutup dan hanya diketahui oleh komite konvensi, akan menimbulkan persoalan tertentu.
Sebab, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) Partai Demokrat pada Pasal 13 ayat 5 menyatakan capres ditentukan oleh ketua majelis tinggi partai, dalam hal ini Susilo Bambang Yudhoyono.
"Ini seperti menimbun es, ketika bagian ujung disentil jatuh semua. Karena akhirnya yang menentukan tetap tangan SBY," ujar Ray.
Saat ini saja, kata Ray, sudah beredar beberapa nama yang mengaku telah diundang secara resmi oleh SBY. Misalnya mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Pramono Edhie Wibowo dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.
Namun, publik tidak pernah mengetahui apa yang membuat kedua tokoh itu diundang dan laik mengikuti konvensi. Jika dibandingkan dengan kandidat capres lainnya, jelas kedua tokoh tersebut masih kalah dari berbagai sisi. baik pengalaman maupun kredibilitas sebagai calon pemimpin negara.
Penentuan pemenang konvensi berdasarkan hasil survei, menurut Ray juga mengkhawatirkan. Sebab, bila survei dijadikan sebagai dasar utama penentuan pemenang diperkirakan peserta terpilih bukan lah peserta dengan kualitas terbaik.