Senin 22 Jul 2013 14:38 WIB

Menkes Nasihati Bupati Befa karena Tolak KB

Rep: Hannan Putra/ Red: A.Syalaby Ichsan
Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi
Foto: Antara
Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi

REPUBLIKA.CO.ID, LANNY JAYA -- Program Kabupaten Lanny Jaya untuk melarang keluarga berencana (KB) di masyarakat pegunungan di Papua ditampik oleh pemerintah pusat.

Menteri Kesehatan  Nafsiah Mboi pun menjelaskan, pengalamannya selama belasan tahun sebagai ibu kader PKK membuatnya perlu meluruskan pandangan Bupati Lanny Jaya Befa Yigibalom.

"Kalau tidak ada keluarga berencana dan ibu melahirkan setiap tahun maka resiko melahirkan akan tinggi dan anak yang dilahirkan tidak sehat. Saya yakin yang diinginkan Bapak Bupati bukan banyak anak untuk mengisi tanah Papua, tapi banyak anak yang bermutu dan berkualitas," jelasnya.

Menurutnya, solusi penanganan tingginya angka kematian adalah dengan meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat. Demikian juga dengan mendidik para pemuda Papua agar menghindarkan diri dari pola pergaulan hidup bebas.

Dengan menghindari pergaulan bebas tentunya akan menurunkan angka terjangkitnya virus AIDS dan HIV. Sedangkan program memperbanyak anak dengan membiarkan pergaulan bebas tentu bukanlah solusi yang bijak.

Dia menjelaskan, saat ini, masyarakat pegunungan di Papua seluruhnya mengandalkan RSUD yang berada di Wamena. Masyarakat terpaksa berobat ratusan kilometer menempuh jalur pegunungan untuk berobat.

Segelintir mereka yang mempunyai ekonomi berada bisa naik pesawat, namun masyarakat awam pada umumnya harus menempuh jalur darat yang melelahkan. "Sekarang rumah sakit kami penuh. RS di Jayawijaya tempat seluruh kami berobat di Pegunungan," kata Befa.

Kedepan, Befa mengatakan akan membangun rumah sakit khususnya di Tiom sebagai ibukota Lanny Jaya. Dengan adanya rumah sakit, akses masyarakat yang ingin berobat akan lebih mudah dan tak perlu jauh-jauh ke kota.

Saat ini di Kabupaten Lanny Jaya tingkat pelayanan kesehatan masih sangat rendah. Hal itu disebabkan terbatasnya jumlah tenaga medis dan para medis, ditambah lagi rendahnya kesadaran tenaga medis itu sendiri dalam tugas dan pengabdian.

Akibatnya, dapat terlihat dengan rendahnya angka harapan hidup ibu melahirkan, angka kematian lebih tinggi dan angka kelahiran, serta tingginya angka kematian akibat HIV/AIDS yang terus meningkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement