REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jilbab dinilai sangat penting bagi polisi wanita. Utamanya untuk menghindari pelecehan seksual dari sesama anggota polisi, atasan, hingga masyarakat.
Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane menjelaskan, kemungkinan pelecehan seksual terhadap polwan sangat besar, melihat pakaian polwan yang 'cenderung' ketat. Menurut Neta, dengan pengantisipasian, bisa dijadikan momentum bagi polwan untuk mengaspirasikan keinginannya untuk menutup aurat.
Pertama, kata Neta, polwan harus meminta dukungan Komisi III DPR RI, ormas Islam, dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar, untuk pimpinan Polri.
Kedua, dengan menampilkan berbagai referensi dari berbagai negara bahwa penggunaan jilbab dalam bertugas tidak akan mengganggu tugas Polri. Neta menyebut, di banyak negara, termasuk Barat, polwan diperbolehkan berjilbab. Di dalam negeri, polwan yang berdinas di Aceh bisa dijadikan contoh, jika tugas mereka tidak terganggung meski berjilbab. "Gerakan tersebut melalui lobi eksternal dan internal," kata Neta saat berbincang dengan ROL, Sabtu (15/6).
Terakhir, semuanya bertumpu pada dua alasan yaitu, pemenuhan ketentuan agama jika seorang Muslimah harus menutup auratnya. Kemudian, untuk menghindari para polwan menjadi korban pelecehan seksual, terutama oleh atasannya.