Jumat 12 Apr 2013 18:27 WIB

Peluang Ekspor Biji Kopi Kabupaten Bandung Terbuka Lebar

Rep: Ghalih Huriarto/ Red: Djibril Muhammad
Biji kopi, ilustrasi
Biji kopi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Pasar ekspor biji kopi Kabupaten Bandung masih terbuka lebar. Selain kualitas kopi yang bagus dan diperhitungkan, banyak kecamatan di Kabupaten Bandung yang cocok untuk ditanami kopi.

Upaya pemerintah untuk mendorong pengembangan kopi dinilai belum maksimal. Sehingga, peluang yang ada belum ditangkap secara maksimal.

Anggota Koperasi Sunda Hejo Rancamanyar, Kabupaten Bandung, Egi Maya Kurnia, mengatakan, peluang ekspor kopi ke Amerika serikat dan Eropa, hingga saat ini masih terbuka luas. Bahkan, peluang ekspor kopi mencapai 500 hingga 1000 ton per bulannya.

"Kebutuhan kopi di luar negeri masih sangat besar, seharusnya peluang seperti ini tidak boleh disia-siakan," ujarnya saat dihubungi, Jumat (12/4).

Egi mencontohkan, saat ini Koperasi Sunda Hejo mampu mengekspor 100 hingga 200 ton biji kopi kualitas terbaik. Koperasi Sunda Hejo mengekspor ke Kota San Francisco, Amerika Serikat. Pihaknya sudah berkosentrasi mengembangkan tanaman kopi selama dua tahun.

"Kami baru mampu di jumlah 100 sampai 200 ton. Sebenarnya, kalau ada pengembangan lahan dan dibantu pemerintah, bisa lebih tambah lagi," katanya.

Egi mengatakan, selain pasar ekspor ke Amerika Serikat, peluang ekspor kopi dari Kabupaten Bandung ini masih terbuka luas ke negara-negara lainnya. Terutama negara-negara Eropa. Apalagi, kata dia, kualitas kopi dari Kabupaten Bandung ini, jauh di atas produk kopi dari Nigeria, ataupun kopi dari Gayo, Aceh.

"Selain pasar Amerika Serikat sebagai tujuan ekspor. Pasar ekspor ke Eropa juga terbuka luas. Ini tinggal kesiapan dan kemauan kita untuk mengisinya," ujarnya.

Selama ini, kata Egi, pertanian kopi di Kabupaten Bandung, lebih banyak mengembangkan jenis Linies (Arabika). Jenis kopi ini memiliki kualitas baik dan sesuai dengan iklim serta geografis wilayah Kabupaten Bandung. Sehingga, sangat cocok untuk terus dikembangkan.

"Perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Bandung tersebar di beberapa kecamatan. Seperti di Kecamatan Kertasari, Pacet, Pangalengan, Pasirjambu, Ciwidey dan Rancabali. Luasan perkebunan lebih dari 400 hektare. Potensi perluasan kebunnya pun masih memungkinkan," katanya.

Meski potensi pertanian kopi di Kabupaten Bandung ini cukup luas, kata Egi, dorongan dan dukungan dari pemerintah sangat kurang. Padahal, pemerintah bisa mengambil peran lebih. Seperti melakukan sertifikasi terhadap bibit kopi unggulan dari Kabupaten Bandung.

Dengan sertifikasi, memberikan jaminan terhadap kualitas produk saat dipasarkan. "Contohnya di Jawa Tengah ada sertifikasi yang

dikeluarkan pemerintahnya untuk pohon jati, dengan nama Jati Unggul Nusantara, kita juga bisa melakukannya untuk kopi," ujarnya.

Selain itu, kata Egi, pemerintah juga bisa melakukan sosialisasi mengenai keuntungan menanam kopi kepada masyarakat. Pemerintah juga bisa berperan memberikan bantuan bibit. Pemanfaatan lahan kritis dan tidak terpakai, bisa dilakukan untuk mengembangkan luas kebun kopi.

"Kan banyak juga tanah cari desa atau lahan tidur lainnya yang bisa dipakai. Selain itu, pola kemitraan juga dapat meningkatkan derajat para buruh tani menjadi petani. Dengan begitu, otomatis dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement