REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan orang nomor satu di Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya, Irjen (Purn) Firman Gani menghembuskan nafas terakhinya pada Sabtu (19/1) pukul 10.00 WIB.
Penyakit stroke menjadi penyebab wafatnya pria yang sehabis masa baktinya di kepolisian ini bergelut di bidang politik bersama Partai Amanat Nasional (PAN).
Semasa hidup, Firman acap kali menduduki kursi penting di korps baju coklat ini. Dari mulai menjabat Kapolda Jawa Timur, Kapolda Maluku, Kapolda Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga yang terakhir sebagai Kapolda Metro Jaya. Selain dikenal karena selalu menuai sukses di satuan daerah yang dipimpinnya, Firman juga disebut sebagai penggagas ulung.
Tak ayal, kepergian jenderal bintang dua ini pun menyisakan duka yang cukup mendalam bagi Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
“Kami dari segenap jajaran Polri kehilangan panutan. Dia adalah inspirasi nyata bagi setiap anggota polisi yang ingin beprestasi,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Irjen Suhardi Alius pada Republika (19/1).
Dia mengatakan, di mata para petugas Polri dari mulai tingkat brigadier hingga jenderal, Firman dipandang sebagai peribadi yang hebat.
Ide-ide cemerlangnya diakui selalu membuat salut pimpinan Polri. Sehingga pantas, kepemimpinannya di lokasi-lokasi rawan konflik seperti Maluku dan Sulsel kerap mendapat acungan jempol.
Tak hanya itu, respon cepatnya terhadap aksi terorisme yang merajalela hingga ke Ibu Kota sekitar tahun 2000an pun ia tuangkan saat menjabat Kapolda Metro Jaya.
“Tahun 2005, dialah penggagas berdirinya Densus (Detasemen Khusus) Anti Teror. Saat itu ia mengumpulkan anggota-anggota terbaik untuk menuntaskan masalah teroris. Sungguh sosok yang sangat kreatif,” ujar Suhardi.
Suhardi mengatakan, sampai kapanpun Firman akan menjadi tokoh inspirasi bagi seluruh polisi di tubuh Polri. Terutama dalam hal penanganan teroris.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
