REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sejumlah pabrik tahu dan tempe di kawasan Depok mulai berproduksi setelah tiga hari melakukan mogok. Para produsen tahu dan tempe sebelumnya melakukan mogok akibat 'tercekik' naiknya harga kacang kedelai yang mencapai 50 persen.
Cecep Pangabun (38), pemilik pabrik tahu di kawasan Depok ini mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintah yang tidak bisa menjaga kestabilan harga kacang kedelai.
"Kami pengusaha kecil bingung kalau ongkos produksi naik tinggi, kacang kedelai yang saya beli juga impor dari Amerika, pemerintah kan seharusnya memikirkan pengusaha kecil seperti kami," ungkapnya Minggu (29/7).
Harga kacang kedelai yang awalnya hanya Rp 5 ribu per kilogram kini mencapai Rp 8.200 per kilogram.
Sementara Sundari (37), pemilik pabrik tempe ini juga mengatakan hal yang sama. Ia sampai harus memutar otak menyiasati kenaikan harga kedelai. "Awalnya ukuran kita kecilin tapi itu gak nutup buat produksi berikutnya, akhirnya harga juga kita naikin 500 sampai 1.000 per bungkusnya," tuturnya.
Meski telah kembali beroperasi, Sundari dan Cecep tidak menutup kemungkinan untuk kembali melakukan aksi mogok jika tidak ada penurunan harga kedelai.
"Kalau masih mahal tapi pembeli nggak keberatan sih gak masalah mba, tapi kalau kedelai makin mahal dan pembeli pada kabur, mungkin mogok lagi," tandasnya.
Sebelumnya Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta, Ratnaningsih mengatakan, Koperasi Produksi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) dan Kementerian Koeprasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) telah menemui sejumlah kesepakatan usai bertemu Kamis kemarin.
"Nanti malam sudah diproduksi kembali. Jadi besok, tahu tempe sudah ada di pasaran," ujar Ratnaningsih, Jumat (27/7).
Diungkapkan Ratnaningsih, sejumlah kesepakatan yang dicapai antara lain yakni, penurunan bea masuk impor kedelai dari lima persen menjadi nol persen, terhitung mulai 1 Agustus-Desember 2012. Kemudian, pengusaha akan difasilitasi membeli kedelai langsung ke importir, serta memberikan kemudahan memperoleh barang dengan harga yang tidak berubah-ubah.
"Para perajin juga difasilitasi dengan perbankan. Mereka sudah sepakat semua, saat ini sedang diatur butir-butir kesepakatannya dan melakukan pertemuan dengan importir untuk kontrak harga. Intinya mereka meminta kepastian harga," katanya.