Rabu 25 Jul 2012 05:52 WIB

BI: Gejolak Harga Pangan Bersifat Sementara

Sembako di Pasar Tradisional (ilustrasi)
Foto: antara
Sembako di Pasar Tradisional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bank Indonesia mengatakan gejolak harga beberapa komoditas pangan yang terjadi selama dua pekan pertama Juli hanya bersifat sementara, seiring meningkatnya konsumsi masyarakat pada awal Ramadhan.

"Kami melihat ada euforia Ramadhan yaitu masyarakat yang cenderung mengonsumsi makanan berlebihan selama awal puasa, seolah sudah menjadi tradisi bagi masyarakat," kata Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah dalam jumpa pers Jakarta, Selasa.

Dua komoditas yang tercatat mengalami lonjakan harga cukup signifikan hingga pekan kedua Juli 2012 adalah daging ayam dan daging sapi, mengalami lonjakan masing masing sebesar 4,82 persen dan 2,7 persen.

"Beberapa komoditas bahan makanan lain juga terpantau mengalami kenaikan rata-rata dihampir seluruh kawasan yaitu pada komoditas telur ayam (3,79 persen), mie instan (0,76 persen), beras (0,25 persen), dan minyak goreng kemasan (0,6 persen)," kata Difi.

Secara spasial, kata Difi, peningkatan inflasi yang lebih akseleratif pada Juli 2012 diperkirakan terjadi di Kalimantan, Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua), serta Sumatera bagian selatan.

"Kenaikan harga daging ayam, daging sapi, dan telur ayam juga disertai kenaikan harga ikan dan sayuran di Kalimantan dan Sulampua akibat kendala terbatasnya pasokan bahan bakar minyak untuk kegiatan nelayan, faktor cuaca, dan sempat terputusnya jalur distribusi," katanya.

Sementara di Sumatera bagian selatan, kata Difi, kenaikan harga daging ayam, telur ayam, dan beras dipicu oleh kendala distribusi di jalur penyeberangan Merak--Bakauheni.

Menurut Difi, faktor lain yang juga mempengaruhi tingkat harga pangan dalam negeri adalah kenaikan harga yang merupakan bagian dari rambatan peningkatan harga global khususnya akibat kendala produksi di beberapa negara pengasil utama.

"Berdasarkan pantauan kami terhadap berbagai gejolak harga, memang ada tiga komoditas yang memiliki pengaruh terhadap inflasi dalam negari yaitu gandum, jagung, dan kedelai," katanya.

Namun, Difi menilai kontribusi kenaikan tiga komoditas tersebut terhadap inflasi yang rendah tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap laju inflasi secara keseluruhan.

Menurut rilis Badan Pusat Statistik, pada bulan Juli 2011 laju inflasi bulanan Indonesia tercatat di angka 0,67 persen sementara pada Juli 2010 inflasi bulanan mencapai 1,57 persen.

Bank Indonesia sendiri memperkirakan tekanan inflasi nasional masih akan dapat dijaga pada kisaran 4,5 persen pada 2012, dengan beberapa faktor yang mempengaruhi hal itu adalah penurunan harga komoditas global, ekspektasi inflasi yang membaik, serta memadainya respon sisi pasokan terhadap permintaan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement