Jumat 11 May 2012 22:47 WIB

'Kalau Aku Senyum, Papa Disana Pasti Senyum'

Rep: Ira Sasmita/ Red: Hafidz Muftisany
Keluarga Korban Berdoa untuk korban Sukhoi Superjet 100
Foto: Republika/Prayogi
Keluarga Korban Berdoa untuk korban Sukhoi Superjet 100

REPUBLIKA.CO.ID, Baru seminggu yang lalu Bima Kamagi (14 tahun) dikunjungi ayahnya. Ia tak menyangka sepulang dari Tondano, Sulawesi Utara, sang ayah Steven Kamagi (43) menjadi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100.

Bima memilih melanjutkan sekolah di Tondano karena ingin berdekatan dengan neneknya. Ia tinggal terpisah jauh dengan Mama, Papa dan dua adiknya yang bermukim di Depok, Jawa Barat. Namun Bima sangat senang lantaran akhir April lalu papanya sengaja datang ke Tondano. "Katanya papa kangen sama keluarga di Tondano" ujar Bima.

Tepat seminggu sesudah kepulangan ayahnya dari Tondano, ia dan keluarga besar di Manado menerima kabar buruk yang mengenai kecelakaan tersebut. Bima ditemani kakek, nenek, dan beberapa anggota keluarga lainnya segera berangkat ke Jakarta. Bima masih berharap kunjungan ayahnya pekan lalu bukanlah kunjungan terakhir.

Tak hanya Bima, istri korban, Ana Mandagi masih optimis dan berharap suaminya kembali dengan selamat. Tak ada tangisan dan gurat sedih pada muka ibu tiga anak ini. Menurut Ana, ia harus kuat dan tetap tersenyum. Sebab ketiga anaknya yang masih kecil membutuhkan dirinya.

Steven merupakan staf redaksi Jurnal Patroli, sebuah media online. Sebelumnya Steven pernah menjadi anggota tim sukses presiden SBY pada 2009 lalu. Ana menceritakan suaminya tidak berencana mengikuti perjalanan bersama Sukhoi Super Jet.

"Suami saya diajak temannya, Edward Panggabean dari Indo Asia. Sebetulnya ia nggak ada rencana berangkat, tapi ia dihubungi Pak Edo, diundang naik pesawat itu," kata Ana.

Komunikasi terakhir Ana dan suaminya terjadi Rabu (9/5) pagi. Saat itu Steven mengabarkan bahwa ia sudah berada di Bandara Halim Perdana Kusuma. Perihal keikutsertaan Steven bersama Sukhoi diketahui Ana dari rekan suaminya yang bekerja di media online Detik.com.

Air mata dan kesedihan, kata Ana, ia tahan demi Tasya (10) dan Olivia (6), putri dari hasil pernikahannya dengan Steven 12 tahun lalu. "Tasya dan Olivia histeris sejak mendengar kabar ayahnya, saya harus kuat dan tenang demi mereka," tutur Ana.

Sekarang, Tasya dan Olivia berangsur tenang. Mereka kembali tersenyum, sebab Ana meyakinkan bahwa papa mereka dijaga Tuhan disana.

"Kalau aku senyum, papa disana juga pasti ikutan senyum," ujar Tasya sambil memegang print out foto ayahnya.

Keluarga besar Steven Kamagi masih berharap mukjizat membawa Steven pulang dengan selamat. Hingga saat ini mereka masih berkumpul di ruang tunggu keluarga di Bandara Halim Perdana Kusuma guna memantau informasi terbaru tentang korban Sukhoi Super Jet 100.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement