Sabtu 28 Apr 2012 14:52 WIB

Korban Kebakaran Lautze Mengeluh, Penyambungan Listrik Dikutip Biaya

Rep: Nora Azizah/ Red: Taufik Rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Warga Jalan Lautze Dalam, Kelurahan Kartini, Jakarta Pusat yang menjadi korban kebakaran februari 2012 lalu, keluhkan soal pemasangan listrik. Menanggapi hal tersebut, Calon Wakil Gubernur Didik Junaidi Rachbini menegaskan, dia menampung keluhan warga tersebut.

"Saya akan pelajari dulu mengenai pemasangan listrik di daerah sini," ujarnya kepada republika, Sabtu (28/4), saat kunjungannya ke pemukiman warga di Jalan Lautze Dalam, Kelurahan Kartini, Jakarta Pusat.

Didik mengatakan, permasalahan pemasangan listrik merupakan kewenangan PLN. Namun tidak menutup kemungkinan seandainya ada bantuan untuk warga. Tetapi hal tersebut harus diselidiki dahulu.

Warga mengeluhkan pemasangan listrik untuk pemukiman yang terkena kebakaran dikenai biaya pemasangan baru. "Padahal kami ini korban, dari dulu sudah pasang listrik sebelum kebakaran," ujar Suwarta (60 tahun), Ketua RT. 11/ 07 Kelurahan Kartini, Jakarta Pusat. Pada peristiwa kebakaran lalu, kabel listrik ludes terbakar. Untuk mendapatkan listrik kembali, warga diharuskan membayar biaya pemasangan listrik tersebut.

Bagi warga yang hendak memasang daya listrik 2200 watt dikenakan biaya 1,68 juta, sedangkan 1300 watt 998 ribu rupiah. Hal ini sangat memberatkan warga. Hingga saat ini warga masih kesulitan listrik.

Jangankan membayar pemasangan listrik, untuk membeli bahan bangunan membangun rumah saja warga sangat kesulitan. Bahkan makanan bantuan dulu saat kebakaran seperti indomie dijual warga untuk membeli pasir. Warga menginginkan, jangan sampai biaya pemasangan listrik seperti biaya pemasangan baru. Ini yang sangat memberatkan warga.

Pantauan republika, di pemukiman warga Jalan Lautze Dalam, memang masih miris. Rumah warga banyak yang belum terbangun dengan baik. Bahkan masih ada rumah yang separuh jadi. Untuk membatasi dinding rumah yang satu dengan yang lain, penduduk menggunakan batu bata seadanya. Hal ini untuk menghindari konflik batas dinding rumah yang kebanyakan adalah rumah petak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement