REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING---Pemerintah Indonesia dan Cina kini terus memantapkan proses alih teknologi pengembangan produksi bersama peluru kendali C-705 yang akan digunakan TNI Angkatan Laut. Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI di Beijing, Kolonel Lek Suryamargono, Selasa mengataka,n dalam setiap alat utama sistem senjata dari mancanegara, Indonesia mensyaratkan alih teknologi termasuk dalam pembelian rudal C-705 yang akan digunakan TNI Angkatan Laut.
"Pemerintah Cina sepakat untuk melakukan alih teknologi dari proses awal, dan kini tengah dimantapkan agar ke depan Indonesia juga benar-benar mampu memproduksi rudal tersebut," katanya.
Surya menambahkan pembelian rudal C-705 itu merupakan bagian dari kerja sama industri pertahanan kedua negara. Kerja sama industri pertahanan kedua negara tertuang dalam nota kesepakatan yang ditandatangani Wakil Menteri Pertahanan dan Kepala Badan Pengembangan Teknologi dan Industri Nasional Pertahanan Cina.
Dalam nota kesepakatan itu, disepakati lima hal pokok yakni setiap pembelian senjata tertentu harus dilakukan antarpemerintah "G to G", alih teknologi peralatan militer tertentu yang antara lain mencakup perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, "up-grade" dan pelatihan.
"Ada pula produksi bersama dan pemasaran bersama atas produk persenjataan tertentu yang disepakti. Antara lain peluru kendali C-705," ungkap Suryamargono.
Tentang siapa pihak Indonesia yang akan menjalankan alih teknologi tersebut, ia mengatakan,"Belum tahu apakah PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad atau PT PAL. Yang jelas, Pemerintah China telah sepakat untuk melakukan alihteknologi dan prosesnya kini terus dimantapkan mekanismenya," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yugiantoro melakukan kunjungan langsung ke "China Precissision Machinnery Import Export Cooperation" (CPMEIC) yang menjadi pemegang proyek pengerjaan rudal C-705 pada Februari 2012.
Dari hasil kunjungan itu, dijajaki kemungkinan pabrik pembuatan rudal C-705 di Indonesia.