REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ruang Badan Anggaran (Banggar) DPR yang bernilai Rp 20,3 miliar dibongkar. Meski tidak semua perabotan yang ada di ruang Banggar tersebut dibongkar, namun Wakil Ketua Banggar, Tamsil Linrung, mengaku tidak mempermasalahkan pembongkaran tersebut.
"Kami tidak mengharapkan yang mewah-mewah," ujarnya di Jakarta, Kamis (2/2). Pihaknya mengaku tidak menyetujui sejumlah alat baru di ruang kerjanya itu, seperti alat anti penyadapan, dan anti rekam.
Menurut politisi PKS ini, alat-alat itu sangat mengejutkan. Pihaknya sempat bertanya-tanya bagaimana bisa ada alat seperti itu di ruang Banggar. Alat seperti itu dinilainya melanggar semangat transparansi yang selama ini dibangun terus oleh DPR. Dia mengatakan alat tersebut diadakan karena alasan banyaknya rekaman liar pada saat rapat Banggar berlangsung.
Tamsil menolak tegas pengadaan alat itu, karena dinilainya tidak perlu. "Ini ruangan rakyat. Silakan rakyat mendengarkan. Tidak perlu ada alat-alat seperti itu," sergahnya. Dia mengatakan siapapun berhak mengetahui pembicaraan yang dilakukan Banggar agar dapat dievaluasi.
Renovasi ruang rapat Banggar DPR tidak hanya menimbulkan protes keras di tengah masyarakat. Kalangan politisi di DPR pun menilai, renovasi ruang rapat Banggar berlebihan.
Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Idrus Marham, mengatakan ada hal-hal yang tidak logis dalam renovasi ruang Banggar. Pihaknya mendukung upaya untuk membongkar sistem dan mekanisme yang ada dalam Banggar. "Semua pihak yang terlibat harus bertanggung jawab," paparnya.