REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR - Jembatan berteknologi tinggi dan kompleks memerlukan pemeliharaan khusus, kata Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Derdak terkait runtuhnya jembatan Tenggarong di Kabupaten Kutai Kertanegara. "Yang penting khususnya jembatan kabel. Kita memang harus memberikan pemahaman yang betul kepada yang mengelola, jadi ada tim yang didedikasikan untuk memelihara jembatan secara terus menerus untuk jembatan yang sensitif. Namanya kabel, diganggu yang satu kan gayanya pindah ke yang lain-lain," jelasnya.
Namun, bukan berarti, selama ini tidak ada tim yang bertugas memelihara jembatan-jembatan di Indonesia. Tim tersebut, katanya, selama ini ada namun dibutuhkan tim khusus untuk jembatan yang teknologi tinggi dan kompleks.
Jembatan Suramadu di Jawa Timur, misalnya, memiliki tim bernama "Health Monitoring System" yang bertugas memonitor seperti mengenai korosi. "Kabel ini sensitif sehingga proses pemeliharan menjadi penting," ujarnya.
Ia mencontohkan, pengalamannya mendapati adanya baut yang hilang dari Jembatan Barito saat bertugas di Kalimantan Selatan. Jembatan Barito mirip dengan Jembatan Tenggarong yang menggunakan kabel suspensi.
Saat ini, katanya, tim ahli independen tengah melihat kondisi jembatan yang menyeberangi Sungai Mahakam tersebut. Ia sendiri tidak ingin berkomentar soal dugaan penyebab runtuhnya jembatan yang telah beroperasi selama 10 tahun itu."Nanti dilihat lah," ujarnya.
Ia menambahkan, uji coba melalui studi yang disebut "full skill" atau dibebani dengan pembebanan penuh pada setelah jembatan selesai dibangun dan siap dioperasikan menjadi prosedur wajib sebelum digunakan. Dan studi ini telah dilakukan terhadap semua jembatan termasuk Jembatan Tenggarong.
Hingga kini, korban tewas akibat runtuhnya jembatan terpanjang di Indonesia itu, telah menjadi 12 orang, delapan diantaranya telah berhasil diidentifikasi.