Jumat 16 Sep 2011 19:58 WIB

Tim Dokter Kesulitan Tangani Bayi Siti Arrahma

Siti Arrahma
Foto: www.dumaipos.com
Siti Arrahma

REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU - Tim dokter spesialis dari RS Harapan Kita kesulitan menangani kasus Siti Rahmah, bayi dengan organ jantung di luar badan, karena terkendala minimnya fasilitas medis dan alat transportasi untuk membawanya ke Jakarta agar mendapat penanganan medis yang lebih baik.

"Provinsi Riau tak memiliki fasilitas yang memadai," kata Dr Totok Wisnu, dokter spesialis anak konsultan neonatologi dari RSAB Harapan Kita Jakarta, saat jumpa pers di Pekanbaru, Jumat (16/9).

Tiga dokter spesialis dari RS Harapan Kita Jakarta saat ini telah melakukan pemeriksaan terhadap bayi yang hingga kini dirawat di RS Ibnu Sina Pekanbaru. Menurut Dr Totok, kondisi bayi berusia empat hari itu sangat labil karena mengalami penciutan pembuluh darah paru-paru (hipertensi polmonal). Sebanyak 90 persen organ jantung berada di luar rongga dada (ectopic cordis), dan telah mengalami infeksi di tubuhnya.

Selain itu, penyempitan pembuluh darah mengakibatkan aliran pertukaran oksigen dari paru-paru ke jantung sangat minim. Saat menerima sentuhan, kadar oksigen bayi turun drastis dari 85-88 persen menjadi tinggal 70 persen.

"Kalau secara prosedur medis standar, bayi ini memerlukan penerbangan menggunakan pesawat carteran. Karena kalau penerbangan komersial, saya tak menjamin," ujar Dr Totok.

Pertimbangan menggunakan pesawat komersial tak menjadi rekomendasi karena demi keselamatan dan keleluasaan dalam menjaga kondisi bayi selama penerbangan. Menurut Totok, tim medis juga tak memiliki peralatan yang mendukung untuk membawa bayi Siti Rahmah dengan pesawat. Anak dari pasangan Khairuddin dan Diana itu membutuhkan peralatan penunjang keselamatan yang canggih seperti kotak inkubator lengkap dengan tabung oksigen, infus, alat pemantau pacu jantung, serta alat penstabil suhu badan.

"Kalau naik pesawat komersial, tabung oksigen tak bisa di kabin pesawat karena bisa meledak," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement