Ahad 05 Feb 2023 14:14 WIB

Beri Dukungan Paling Akhir untuk Anies, Pengamat: PKS Partai Terlembaga

Firman menilai ada gangguan kelompok Islamophobia kepada PKS sebelum dukung Anies.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus raharjo
Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mohamad Sohibul Iman telah berkonsultasi dengan Ketua Majelis Syura PKS dan secara resmi mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) pada 2024, di kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (30/1).
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mohamad Sohibul Iman telah berkonsultasi dengan Ketua Majelis Syura PKS dan secara resmi mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) pada 2024, di kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (30/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menilai, kelembagaan di Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi alasan mereka mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres). Diketahui, PKS merupakan yang terakhir menyatakan sikap ketimbang Partai Nasdem dan Demokrat.

Kelembagaan di PKS tersebut merupakan sesuatu yang baik dan seharusnya dicontoh partai politik lain. Sebab, pengambilan keputusan harus didahului dengan penyerapan pendapat dan akhirnya diputuskan lembaga tertinggi partai, dalam hal ini Majelis Syura PKS.

Baca Juga

"Prosesi penentuan kebijakan itu tidak bisa dilakukan di luar prosedur, tetap ada suatu prosedur-prosedur yang coba untuk dipatuhi dan ini karakteristik dari suatu partai yang terlembaga," ujar Firman dalam diskusi Indonesia Leaders Talk yang dikutip Ahad (5/2/2023).

Proses kelembagaan tersebut bahkan terjadi saat Wakil Ketua Majelis Syura PKS, Mohamad Sohibul Iman rela terbang ke Istanbul, Turki. Di sana ia berkonsultasi dengan Ketua Majelis Syura PKS, Salim Segaf Aljufri terkait keputusan partai mengusung Anies sebagai capres.

"Itu refleksi dari terlembaganya partai ini, dia harus mengikuti aturan, tidak cukup hanya sekadar WA (Whatsapp), pendekatan pribadi, tapi memang harus hadir dan dirembukkan dengan matang yang kemudian baru bisa diambil keputusan," ujar Firman.

Kendati demikian, ia tak menampik jika sebelum keputusan tersebut memang ada gangguan-gangguan yang membuat PKS harus bersikap taktis. Banyak pihak yang menyebut gangguan datang dari Istana, pendukung pemerintahan saat ini, hingga kelompok Islamofobia. 

Namun, ia melihat gangguan tersebut datang dari kesadaran demokratik masyarakat Indonesia yang belum menyeluruh dan kuat. Ia berkaca pada negara dengan demokrasi yang kuat, sosok potensial pemimpin seharusnya tak perlu mendapatkan gangguan seperti yang terjadi pada Anies.

"Orang berbeda pendapat itu biasa, semakin tangguh pertarungan itu semakin dinikmati sebagai bentuk pengejawantahan adanya komitmen bersama untuk membangun kebaikan bagi bangsa dan negara," ujar Firman.

Anies menyambut baik dukungan dari PKS untuk dirinya. Dengan dukungan dari PKS, Anies mendapat dukungan dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS untuk maju pada Pilpres 2024.

Ia yang terlebih dahulu diusung Partai Nasdem sebagai bakal capres pada Pemilu 2024 ini mengatakan, kerja sama dengan PKS bukan yang pertama kalinya. "Kami sudah bekerja bersama ketika PKS mengusung di DKI Jakarta sehingga berkelanjutan. Ini bukan sesuatu yang baru, ini melanjutkan yang sudah terbangun," ujar Anies.

Menurut dia, koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS menjadi pesan bahwa semua pihak di dalam koalisi mendorong adanya perbaikan. "Menghadirkan keadilan sosial itu harus dikerjakan bersama-sama. Kami bersyukur, setelah Oktober lalu Partai Nasdem yang pertama kali, kemudian pekan kemarin Partai Demokrat, dan pekan ini PKS," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement