Senin 08 Dec 2025 20:14 WIB

Warga di Kawasan Perbukitan Tapanuli Tengah Masih Terjebak, Helikopter Belum Bisa Mendarat

Bantuan melalui helikopter baru sebatas penyaluran logistik lewat udara.

Tumpukan kayu terlihat di Kampung Rambutan, Desa Tukka, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Kamis (4/12/2025). Hari kesembilan bencana banjir di Tapanuli Tengah, Kampung Rambutan di Desa Tukka masih terendam banjir. Tumpukan kayu terlihat memenuhi Sungai Sigultom yang membuat aliran air meluber ke jalan. Upaya warga untuk membersihkan rumahnya dari lumpur terkendala peralatan dan tebalnya ketinggian lumpur yang menimbun rumah mereka.
Foto: Edwin Putranto/Republika
Tumpukan kayu terlihat di Kampung Rambutan, Desa Tukka, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Kamis (4/12/2025). Hari kesembilan bencana banjir di Tapanuli Tengah, Kampung Rambutan di Desa Tukka masih terendam banjir. Tumpukan kayu terlihat memenuhi Sungai Sigultom yang membuat aliran air meluber ke jalan. Upaya warga untuk membersihkan rumahnya dari lumpur terkendala peralatan dan tebalnya ketinggian lumpur yang menimbun rumah mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, TAPANULI TENGAH -- Upaya evakuasi warga dari kawasan Siantar Gunung, Tapianauli dan lingkungan perbukitan lain di Kelurahan Hutanabolon, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara yang luluh lantak dan terisolasi karena bencana masih menghadapi kendala. Lurah Hutanabolon Polma Pakpahan, mengatakan pihaknya sudah meminta bantuan untuk evakuasi warga tetapi medan yang terjal membuat mobil, bahkan helikopter tidak memungkinkan mendarat sehingga evakuasi belum bisa dilakukan.

"Hingga kini bantuan melalui helikopter baru sebatas penyaluran logistik ke wilayah yang hanya dapat dijangkau dari udara, seperti Desa Eskalangan 2-Tapianauli yang berada di ujung perbukitan," kata Polma ditemui di pengungsian Humala Tambunan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Senin (8/12/2025).

Baca Juga

Polma menjelaskan, tim SAR gabungan memperkirakan evakuasi menggunakan helikopter tidak dapat dilakukan karena kondisi lereng yang labil dan ketiadaan area aman untuk mendarat. Ia mengakui permintaan evakuasi terus berdatangan dari warga di kawasan perbukitan, terutama kelompok rentan, seperti anak-anak, ibu hamil, lansia, dan orang sakit.

Sebagian dari mereka dilaporkan tidak mampu menempuh jalur darat yang membutuhkan waktu tempuh hingga empat jam atau lebih dengan berjalan kaki. Dengan begitu, kata dia, aparat setempat saat ini masih berorientasi pada distribusi bantuan kebutuhan pokok, dapur darurat, dan cek kesehatan terbatas.

photo
Seorang ibu menggendong dua anaknya melintasi banjir di Kampung Rambutan, Desa Tukka, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Kamis (4/12/2025). Hari kesembilan bencana banjir di Tapanuli Tengah, Kampung Rambutan di Desa Tukka masih terendam banjir. Tumpukan kayu terlihat memenuhi Sungai Sigultom yang membuat aliran air meluber ke jalan. Upaya warga untuk membersihkan rumahnya dari lumpur terkendala peralatan dan tebalnya ketinggian lumpur yang menimbun rumahnya. - (Edwin Putranto/Republika)

Bantuan dipasok ke beberapa posko, kemudian para kepala lingkungan (setingkat RT) memandu warga mengambil bantuan tersebut dengan cara dipanggul meski berjalan menembus jalur hutan.

"Itu pun hanya dapat dilakukan beberapa kali sehari bergantung kondisi cuaca," ujarnya.

Kelurahan Hutanabolon, salah satu kawasan paling terdampak banjir disertai tanah longsor di Kecamatan Tukka, Tapanuli Tengah, baik jumlah korban jiwa maupun kerusakan permukiman dan infrastruktur sejak 25 November 2025. Seluruh warga Kelurahan Hutanabolon yang berjumlah lebih dari 300 kepala keluarga menjadi korban banjir disertai tanah longsor.

Hasil pendataan tim kelurahan hingga hari ke-13 pasca-bencana tercatat 10 orang meninggal dunia dan sudah dimakamkan, sedangkan 15 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Kelurahan itu pula menjadi lokasi di mana banjir membawa balok-balok kayu besar pada dua pekan lalu yang rekaman videonya viral di berbagai kanal media sosial.

Material yang dibawa banjir telah menghancurkan rumah milik sedikitnya 150-200 kepala keluarga di kawasan Lingkungan IV dan sekitarnya, sedangkan jalan utama menghubungkan Hutanabolon-Tukka terputus sehingga menjadi daerah sulit dijangkau bala bantuan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement