Rabu 26 Nov 2025 12:05 WIB

Menengok Langsung Bandara ‘Gelap’ di Morowali

Polemik Bandara Khusus PT IMIP dipicu kunjungan Menhan Sjafrie Sjamsoeddin.

Rep: Stevy Maradona, Erik Purnama Putra/ Red: Fitriyan Zamzami
Latihan skala besar melibatkan 26.998 personel TNI lintas matra di Bandara IMIP, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.
Foto: Puspen TNI
Latihan skala besar melibatkan 26.998 personel TNI lintas matra di Bandara IMIP, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.

Oleh Stevy Maradona dan Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Keberadaan bandara khusus milik swasta di lokasi pertambangan di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, jadi sorotan belakangan. Bagaimana awalnya keberadaan bandara itu menjadi polemik.

Baca Juga

Republika sempat menyambangi bandara tersebut pada awal Oktober lalu. Untuk menuju lokasi bandara yang terletak di dalam kawasan industri pertambangan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menghabiskan waktu tiga sampai empat jam dari Bandara Morowali. 

Bandara Morowali sendiri seolah ngumpet di dalam sebuah kompleks perumahan yang diapit oleh beberapa kebun kelapa sawit. Tak jauh dari bandara, sudah masuk daerah pantai. Cuacanya panas dan juga berdebu. Sepanjang jalan menuju kawasan PT IMIP, kebun sawit membentang di kiri-kanan. 

Perumahan warga berjarak, terpisah-pisah di tepi jalan. Atap mereka masih ada yang dari seng, dengan dinding dilapisi ubin berwarna cerah. Tiap rumah memiliki halaman yang luas. Sumur air masih terlihat di mana-mana. Beberapa rumah membuka toko kelontong. Ada juga yang buka kedai makan di tepi jalan. 

Yang agak kontras adalah tiap rumah itu memiliki mobil minibus, terlihat relatif baru. Mobil Toyota hingga Mitsubishi seri terbaru nangkring di halaman atau di dalam garasi yang terbuat dari kayu.

photo
Pekerja industri nikel mengendarai sepeda motor usai bekerja di kawasan PT IMIP di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Rabu (3/1/2024). - (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

Toko-toko ritel modern seperti Indomaret dan Alfamart begitu banyaknya. Di tiap sisi jalan pasti ada. Ada 60 toko di kabupaten itu, yang artinya tiap kecamatan yang dilewati jalan utama provinsi itu punya minimal delapan toko ritel modern.

Sementara di Bahodopi, kecamatan lokasi kawasan industri, kios kecil agen perbankan muncul bak jamur di tepi jalan. Mereka beroperasi di sebuah bangunan kecil, berukuran 2x2 meter, sebuah meja, kipas angin, bangku, serta ponsel. Salah satu agen bank di sana masuk berita daerah karena dua tahun berturut-turut memperoleh hadiah utama berupa mobil, karena jumlah transaksi per bulannya mencapai miliaran rupiah!

Dari bandara daerah hingga lokasi kawasan industri, rumah kontrakan, rumah petak, begitu banyak. Ada yang dalam tahap baru dibangun, ada yang sudah berdiri dan penuh sesak. 

Dari jalur Trans-Sulawesi itu gerbang depan kawasan industri PT IMIP bisa dicapai. Namun, bukan dekat situ bandara yang jadi viral belakangan. Bandara khusus kawasan itu berada tepat setelah gerbang belakang kawasan.

Ada dua akses utama masuk ke kawasan PT IMIP. Akses pertama lewat gerbang utama PT IMIP di tepi jalan provinsi. Akses kedua adalah pintu belakang kawasan IMIP. Untuk ke sini, harus memasuki jalan kecil dari jalan provinsi.

Posisi pintu belakang ini terletak sekitar dua hingga tiga kilometer dari jalan utama. Harus melewati pemukiman warga dan deretan toko kecil. Pagar runway bandara itu berdempetan dengan pintu masuk belakang itu. 

photo
Profil Bandara Khusus PT IMIP dalam pendataan Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub - (hubud.kemenhub.go.id)

Saat Republika melewati bandara IMIP awal Oktober lalu, aspal runway-nya terlihat kusam, tak sebaru Bandara Morowali. Panjang runway kedua bandara itu diperkirakan tak jauh berbeda. 

Menurut basis data Ditjen Perhubungan Udara di Kementerian Perhubungan, “critical aircraft” bandara PT IMIP idealnya untuk pesawat Embraer jenis ERJ-145ER yang berpenumpang 50 orang. Namun, faktanya yang biasa beroperasi adalah Airbus A320 yang berpenumpang 150 sampai 185 penumpang. Pada 2024, Kemenhub mencatat ada 534 pesawat mendarat dan tinggal landas dari bandara itu, membawa sekitar 51 ribu penumpang.

Republika menginap tepat di mess tamu di samping bandara itu. Bandara ini disebut sebagai bandara domestik. Hanya melayani penerbangan dari bandara-bandara terdekat, seperti Palu, Kendari, Sam Rattulangi, dan Soekarno Hatta.

Ketika itu memang ada pembangunan gedung baru untuk bandara. Termasuk kantor bandara. Belasan pekerja bangunan tampak sibuk mengangkut dan memasang kaca-kaca untuk gedung setinggi empat atau lima lantai itu, dan melakukan pengecatan.

Selama tiga hari Republika menginap di dekat bandara tersebut, tak ada satupun pesawat yang datang atau pergi. Tak ada juga yang terparkir di bandara. Namun penerbangan terjadwal dari dua bandara yakni Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Sam Rattulangi memang ada.

Setiap menteri maupun pejabat pusat maupun provinsi yang ingin mengunjungi PT IMIP dipastikan mendarat di bandara itu, sejak dahulu. Sebelum bandara itu berdiri, umumnya pejabat diterbangkan dengan helikopter dari bandara besar terdekat. Tercatat di laman PT IMIP, menteri di era Presiden Joko Widodo seperti Luhut Pandjaitan, Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahyanto, Tito Karnavian mengunjungi PT IMIP via bandara itu. Luhut bahkan lima kali berkunjung ke sana.

 Mengapa kemudian keberadaan bandara itu menjadi sorotan?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement