Senin 24 Nov 2025 10:47 WIB

IBA 2025, Ajang Apresiasi Bagi Para Pemulia Tanaman Indonesia

Pengelolaan varietas hasil pemuliaan sudah miliki sistem yang kuat dan berkelanjutan.

Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (Pusat PVTPP) Kementan berperan aktif dalam gelaran Indonesia Breeder Awards (IBA) 2025 yang berlangsung di IPB Convention Center (ICC), Bogor, Jawa Barat. Acara tahunan yang diinisiasi Perhimpunan Pemulia Indonesia (Peripi) bersama East West Seed Indonesia (EWSI) ini menjadi ajang apresiasi bagi para pemulia tanaman Indonesia dan para ilmuwan yang bekerja di laboratorium, rumah kaca, dan fasilitas penelitian.
Foto: Ist
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (Pusat PVTPP) Kementan berperan aktif dalam gelaran Indonesia Breeder Awards (IBA) 2025 yang berlangsung di IPB Convention Center (ICC), Bogor, Jawa Barat. Acara tahunan yang diinisiasi Perhimpunan Pemulia Indonesia (Peripi) bersama East West Seed Indonesia (EWSI) ini menjadi ajang apresiasi bagi para pemulia tanaman Indonesia dan para ilmuwan yang bekerja di laboratorium, rumah kaca, dan fasilitas penelitian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (Pusat PVTPP) Kementan berperan aktif dalam gelaran Indonesia Breeder Awards (IBA) 2025 yang berlangsung di IPB Convention Center (ICC), Bogor, Jawa Barat. Acara tahunan yang diinisiasi Perhimpunan Pemulia Indonesia (Peripi) bersama East West Seed Indonesia (EWSI) ini menjadi ajang apresiasi bagi para pemulia tanaman Indonesia dan para ilmuwan yang bekerja di laboratorium, rumah kaca, dan fasilitas penelitian.

Mereka selama ini terbukti mampu menghasilkan inovasi bermanfaat bagi jutaan petani dan konsumen. Kepala Pusat PVTPP Kementan, Leli Nuryati mengatakan keterlibatan PVTPP menjadi bagian dari implementasi kerja sama dengan Peripi yang telah terjalin sejak 2023. Kehadiran PVTPP menegaskan semakin kuatnya sinergi pemerintah dengan pemangku kepentingan sektor pemuliaan dalam memperkuat ekosistem perbenihan nasional.

Ia memaparkan sistem pengelolaan varietas hasil pemuliaan di Indonesia sudah memiliki sistem yang kuat dan berkelanjutan. Ia menjelaskan tiga pilar besar yang diatur pemerintah saat ini, yaitu pendaftaran varietas, pelepasan varietas dan perlindungan varietas tanaman (PVT).

“Ketiga aspek ini merupakan tahap akhir dari proses pemuliaan untuk memastikan varietas yang dilepas tidak hanya bermanfaat di lapangan, tetapi juga memperoleh perlindungan hukum yang jelas dan kuat,” ujar Leli, dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/11/2025).

Sebagai bentuk kontribusi ilmiah, Leli bersama empat pemeriksa PVT turut menyampaikan paper berjudul “Kajian Sosial dan Ekonomi Hak PVT: Studi Kasus PT Agri Makmur Pertiwi”. “Studi tersebut memberikan perspektif baru mengenai nilai ekonomi dan sosial dari perlindungan varietas, serta dampaknya bagi pengembangan industri perbenihan nasional,” katanya.

Sementara itu, Direktur EWSI, Glen Pardede menyoroti kondisi pemulia di Indonesia. Menurutnya Indonesia memiliki lebih dari 1.000 pemulia, namun hanya 250 yang aktif. Jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan ideal sekitar 7.000 pemulia untuk menopang ketahanan pangan nasional.

“Breeding is giving. Pemulian bukan sekedar bisnis, tetapi kontribusi nyata bagi petani dan ketahanan pangan bangsa,” katanya.

Ketua Umum Peripi Prof Syukur pada kesempatan yang sama menyampaikan pemberian penghargaan bagi pemulia merupakan amanat Profesor Baihaki, Ketua Umum Peripi pertama. Pemulia, katanya, adalah fondasi tumbuhnya industri perbenihan; karena itu, pengakuan atas karya mereka sangat penting untuk memajukan pertanian Indonesia. “IBA 2025 memberikan apresiasi kepada sejumlah pemulia, peneliti, dan pegiat plasma nutfah dengan beragam kategori ,” katanya.

Beberapa kategori yang diberikan adalah kategori Economic Impact, Sosial Impact, Local Heroes, Young Breeder, Innovation and Technology Development. Salah satu yang cukup menarik adalah kategori plasma nutfah yang diberikan kepada Hervia Lattu Consina Budi, penggagas komunitas tanaman Hoya di Sleman yang berperan besar dalam pelestarian kekayaan genetik tanaman.

IBA 2025 juga memberikan apresiasi Lifetime Achievement yang diberikan kepada Prof Dr Sumarno atas kiprahnya menghasilkan 20 varietas kedelai, satu varietas kacang gude, dan satu varietas kacang tanah. Melalui IBA 2025, Peripi dan PVTPP berharap profesi pemulia semakin dikenal, diminati generasi muda, serta diakui perannya dalam menjamin masa depan pangan Indonesia.

“Dari pemulia untuk petani, sebuah pengingat bahwa karya pemulia mungkin hadir dalam senyap, tetapi dampaknya besar bagi ketahanan pangan bangsa,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement