Jumat 21 Nov 2025 16:03 WIB

MBS Ditampik Netanyahu, Ogah Normalisasi Jika Syaratnya Palestina Merdeka

Bin Salman sebelumnya mengatakan Saudi tertarik menormalisasi hubungan dengan Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato di sesi ke-80 Majelis Umum PBB, Jumat, 26 September 2025.
Foto: AP Photo/Richard Drew
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato di sesi ke-80 Majelis Umum PBB, Jumat, 26 September 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali menegaskan bahwa ia tak akan mengizinkan berdirinya negara Palestina. Ia juga menyatakan siap menolak normalisasi yang diajukan Pangeran Saudi Muhammad bin Salman demi mencegah kemerdekaan Palestina.

Hal ini ia sampaikan dalam wawancara yang disiarkan pada Kamis malam. "Tidak akan ada negara Palestina. Ini sangat sederhana: tidak akan didirikan," kata perdana menteri dalam wawancara luas dengan Abu Ali Express, saluran Telegram lokal yang populer.

Baca Juga

Ketika ditanya oleh pewawancara apakah penolakannya tetap berlaku meskipun hal itu membahayakan normalisasi dengan Riyadh, Netanyahu mengafirmasi. “Jawabannya adalah: negara Palestina tidak akan didirikan. Ini adalah ancaman nyata terhadap Israel.”

Ketika ditanya tentang apa yang menghalangi normalisasi hubungan dengan Saudi, Netanyahu mengatakan agresi di Gaza menghambat kemajuan. Namun menurutnya kondisinya bisa berubah karena perang sudah mereda.

“Tetapi syarat-syaratnya harus dapat diterima oleh kedua belah pihak – syarat-syarat yang baik bagi kedua belah pihak,” katanya. "Saya tahu bagaimana mempertahankan kondisi penting kami dan tidak membahayakan keamanan kami. Dan jika proses ini matang di kemudian hari, itu bagus. Dan jika tidak, kami akan menjaga kepentingan vital kami."

photo
Presiden AS Donald Trump menyambut Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman di Gedung Putih, Selasa, 18 November 2025, di Washington. - ( Foto AP/Mark Schiefelbein)

Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman mengatakan pada hari Selasa dalam pertemuannya di Gedung Putih dengan Presiden AS Donald Trump bahwa Riyadh ingin bergabung dengan Abraham Accords. Namun, ia juga menyerukan perlunya mengamankan jalan menuju solusi dua negara.

Abraham Accords alias Kesepakatan Ibrahim adalah kebijakan Donald Trump membujuk negara-negara Arab dan Muslim menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Untuk Saudi, tawaran terkini AS adalah penjualan pesawat tempur canggih F-35.

“Kami ingin menjadi bagian dari Kesepakatan Abraham, namun kami juga ingin memastikan bahwa [kami] mendapatkan jalan yang jelas [menuju] solusi dua negara,” kata Bin Salman saat menjawab pertanyaan wartawan di Ruang Oval, sambil duduk di samping Trump.

Bin Salman menambahkan bahwa dia dan Trump melakukan “diskusi yang sehat” mengenai masalah ini sesaat sebelum tampil di hadapan wartawan. “Kami akan mengupayakannya untuk memastikan bahwa kami dapat bersiap menghadapi situasi yang tepat sesegera mungkin,” kata Bin Salman, merujuk pada jalan menuju solusi dua negara.

Trump menyela dan mengiyakan yang disampaikan Bin Salman.  "Saya tidak ingin menggunakan kata komitmen, namun kita telah melakukan pembicaraan yang sangat baik mengenai Perjanjian Abraham. Kami berbicara tentang [solusi] satu negara bagian dan dua negara." Presiden menambahkan bahwa keduanya juga akan membahas masalah ini lebih lanjut, dan menegaskan bahwa Bin Salman memiliki “perasaan yang sangat baik terhadap Kesepakatan Abraham.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement