REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif mengatakan bahwa gencatan senjata antara Pakistan dan Afghanistan masih rapuh. Ia menegaskan, keberlanjutan kesepakatan itu bergantung pada upaya Afghanistan menindak kelompok bersenjata yang menyerang lewat perbatasan.
“Semuanya bergantung pada satu klausul ini,” kata Asif dikutip dari Reuters pada Senin (20/20/2025), setelah kedua negara mencapai kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar dan Turki pada hari Selasa.
Gencatan senjata itu terjadi sepekan setelah bentrokan mematikan di perbatasan. Insiden tersebut membuat hubungan kedua negara memburuk ke titik terendah sejak Taliban kembali berkuasa pada 2021 setelah penarikan pasukan AS dan NATO.
Pertempuran itu dipicu oleh tuntutan Islamabad agar Kabul mengendalikan kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), yang dianggap beroperasi dari tempat persembunyian mereka di wilayah Afghanistan.
“Apa pun yang berasal dari Afghanistan akan menjadi pelanggaran terhadap perjanjian ini,” kata Asif. Ia mengatakan bahwa dalam perjanjian tertulis disepakati tidak akan ada insersi atau penyerbuan.
Menteri itu mengatakan bahwa TTP beroperasi dengan bekerja sama dengan Taliban yang berkuasa di Afghanistan, namun tuduhan itu telah dibantah oleh pihak Taliban.
Afghanistan menuduh militer Pakistan menyebarkan disinformasi dan memberi perlindungan kepada pejuang terkait ISIL (ISIS) untuk menggoyang stabilitas dan kedaulatannya.
View this post on Instagram