Ahad 05 Oct 2025 05:18 WIB

Tragedi Runtuhnya Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo, 20 Santri Meninggal

Insiden runtuhnya lantai atas Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo menewaskan 20 santri dan menimbulkan kepedihan mendalam.

Rep: antara/ Red: antara
Hikmah di balik langit runtuh Buduran.
Hikmah di balik langit runtuh Buduran.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO, – Insiden tragis menimpa Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9) sore, ketika lantai atas bangunan runtuh menimpa musholla di bawahnya. Dalam hitungan detik, suasana yang seharusnya diisi dengan doa berubah jadi kepanikan dan duka, menelan 20 jiwa santri.

Para santri yang tengah beribadah di musholla tak menduga atap di atas mereka akan ambruk. Tidak ada tanda-tanda jelas sebelumnya, hanya retakan kecil pada dinding yang luput dari perhatian. Seorang santri, Wahid, mengisahkan kisah selamatnya dari maut setelah mendengar bunyi "krek" dari atas dan segera menyelamatkan diri.

Lebih dari seratus santri berada di dalam musholla saat kejadian, dengan sebagian tertimbun dalam reruntuhan. Keluarga korban menunggu dengan cemas di halaman pesantren, berharap mendengar kabar baik tentang anak-anak mereka. Beberapa pingsan setelah mendengar nama anaknya masuk dalam daftar korban.

Tim penyelamat dari Basarnas, BNPB, BPBD, TNI/Polri, dan relawan bekerja cepat untuk mengevakuasi korban. Upaya ini diwarnai tantangan berat karena lokasi yang berisiko dan memerlukan evakuasi manual. Direktur Operasi Basarnas, Yudhi Bramantyo, menyatakan bahwa tim harus merayap selama berjam-jam untuk menembus reruntuhan.

Lebih dari Seabad Berdiri

Pesantren Al-Khoziny, didirikan sejak 1920 oleh KH Khozin, telah menjadi pusat pendidikan agama di Sidoarjo. Namun, sejarah panjang ini diuji oleh tragedi akibat kelalaian konstruksi. Menteri Agama Nasaruddin Umar mengingatkan pentingnya pengawasan teknis dalam pembangunan lembaga pendidikan.

Ahli konstruksi yang memeriksa reruntuhan menemukan kesalahan struktur. Beban lantai atas tidak seimbang dengan daya dukung tiang penyangga, diperparah oleh aktivitas pembangunan yang berlangsung sebelum kejadian.

Hingga Sabtu (4/10), 124 korban telah terdata: 104 selamat dan 20 meninggal dunia, dengan 15 di antaranya belum teridentifikasi. Solidaritas terus mengalir, dengan relawan dari berbagai daerah membantu meringankan beban keluarga korban.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyatakan duka mendalam dan menyerukan perbaikan. Pemerintah menanggung seluruh biaya pengobatan, dan proses identifikasi korban dikawal tim forensik kepolisian.

Tragedi ini menyoroti pentingnya pengawasan pembangunan pesantren agar keselamatan santri terjamin. Harapannya, pemerintah lebih tegas dalam mengawasi izin mendirikan bangunan dan memberikan pendampingan teknis.

Konten ini diolah dengan bantuan AI.

sumber : antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement