Selasa 30 Sep 2025 16:36 WIB

Analisis Ahli Teknik Sipil Soal Dugaan Penyebab Ambruknya Mushala Ponpes Al Khoziny

BNPB pada Selasa siang menyebut masih ada 38 santri terjebak reruntuhan mushala.

Sejumlah petugas gabungan bersiap mengevakuasi korban  bangunan musala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025). Sejumlah santri terluka dan beberapa santri diduga masih terjebak di dalam reruntuhan bangunan. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz
Foto: ANTARA FOTO
Sejumlah petugas gabungan bersiap mengevakuasi korban bangunan musala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025). Sejumlah santri terluka dan beberapa santri diduga masih terjebak di dalam reruntuhan bangunan. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bangunan mushala di Pondok Pesantren Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin (29/9/2025) ambruk dan menimpa para santri yang sedang shalat Ashar berjamaah sekitar pukul 14.40 WIB. Menurut pengakuan salah satu santri kelas tujuh Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Khoziny bernama Wahid, ruang mushala yang berada di lantai dua tersebut sempat bergoyang sebelum ambruk.

"Ketika masuk rakaat kedua bagian ujung mushala ambruk, lalu merembet ke bagian lain gedung," kata Wahid, di Sidoarjo, Senin.

Baca Juga

Ahli teknik sipil Universitas Muhammadiyah Surabaya, Yudha Lesmana mendapatkan informasi lewat pemberitaan bahwa, bangunan yang runtuh diketahui masih dalam tahap pengecoran. Menurutnya, secara prinsip, proses pengecoran tidak akan menimbulkan masalah jika sesuai perencanaan, namun ada kemungkinan usia pengecoran belum matang jadi penyebab ambruknya mushala.

“Kalau ini gedung baru yang dibangun bertahap, ada kekhawatiran umur pengecoran belum cukup. Ibaratnya, beton masih lemah karena belum matang sudah ditambah beban baru. Minimal 14 hari, idealnya 28 hari untuk mencapai kekuatan yang memadai,” katanya.

 

photo
Warga membawa santri yang menjadi korban bangunan musala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025). - (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)

Yudha menekankan pentingnya keterlibatan ahli teknik sipil dalam perencanaan dan pembangunan gedung, termasuk untuk pesantren. Banyak kasus di lapangan, kata dia, bangunan dikerjakan tanpa hitungan teknis yang matang dan hanya mengandalkan pengalaman tukang atau kontraktor.

“Gedung ini perlu dilihat apakah direncanakan oleh tenaga teknik sipil atau tidak. Bahannya sesuai mutu atau tidak. Dalam praktik, ada perhitungan teknik sipil untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB), tapi pelaksanaannya sering tidak sesuai. Bisa saja material yang dibeli tidak sesuai spesifikasi. Ini fenomena jamak di masyarakat,” paparnya.

Ia menambahkan banyak bangunan rendah di Indonesia dibangun tanpa standar rekayasa struktur yang memadai. Berbeda dengan bangunan tinggi yang perhitungannya lebih detail dan ketat.

“Kalau sesuai umur, perhitungan benar, dan bahan sesuai, sebenarnya tidak ada masalah gedung itu digunakan meskipun masih ada proses pengecoran. Problemnya, banyak pembangunan tidak sesuai engineering structure,” ujarnya.

"Kami turut berbelasungkawa, semoga keluarga dan korban bisa diberi kesabaran."

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement