Selasa 23 Sep 2025 06:19 WIB

Pemimpin Dunia Berkumpul di PBB, Gaza Terus Dibombardir Israel

Sedikitnya 61 warga Gaza syahid akibat pengeboman Israel 24 jam belakangan.

Jenazah anak berusia 2 tahun, Malek Al-Zaqzouq, yang syahid dalam serangan militer Israel, ditangisi abangnya sebelum pemakamannya di Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah, Senin, 22 September 2025.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Jenazah anak berusia 2 tahun, Malek Al-Zaqzouq, yang syahid dalam serangan militer Israel, ditangisi abangnya sebelum pemakamannya di Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah, Senin, 22 September 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Sementara pimpinan negara-negara melakukan pertemuan membahas solusi dua negara di PBB, Israel terus membombardir Jalur Gaza. Rumah sakit-rumah sakit juga terpaksa berhenti beroperasi akibat serangan Israel.

Setidaknya 37 warga sipil Palestina syahid akibat serangan pasukan penjajah Israel di Jalur Gaza sejak fajar pada hari Senin, termasuk 30 orang dari Kota Gaza. Serangan Israel pada Senin malam juga menewaskan seorang warga Palestina di lingkungan Daraj di Kota Gaza, menurut koresponden kantor berita WAFA.

Baca Juga

Dia mengatakan bahwa pesawat tak berawak Israel menembaki seorang warga sipil Palestina di lingkungan tersebut, membunuhnya. Dalam 24 jam terakhir, 61 warga Palestina syahid dan 220 korban dirawat di rumah sakit Gaza.

Israel secara sepihak mengakhiri perjanjian gencatan senjata di Gaza dan melanjutkan agresinya di Jalur Gaza pada Selasa, 18 Maret, melakukan gelombang serangan udara berdarah yang mengakibatkan tewasnya 12.785 warga Palestina dan melukai 54.754 lainnya.

Israel telah melancarkan serangan militer di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, menewaskan 65.344 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 166.795 lainnya. Selain itu, setidaknya 10.000 orang masih belum ditemukan, diperkirakan syahid di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.

photo
Asap membubung ke langit menyusul serangan militer Israel di Jalur Gaza utara, terlihat dari Israel selatan, Sabtu, 20 September 2025. - ( AP Photo/Leo Correa)

Agresi Israel juga mengakibatkan hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza terpaksa mengungsi, dengan sebagian besar ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduknya dekat perbatasan dengan Mesir. Ini merupakan eksodus massal terbesar di Palestina sejak Nakba tahun 1948.

WAFA melansir Rumah Sakit Anak dan Mata Al-Rantisi telah tidak berfungsi karena penembakan yang terus-menerus terjadi di sekitar rumah sakit, selain hancurnya Pusat Bantuan Medis di Kota Gaza. Rumah Sakit Al-Rantisi telah menjadi sasaran langsung serangan udara Israel beberapa hari sebelumnya, menyebabkan kerusakan parah.

Rumah Sakit Ayoun merupakan satu-satunya rumah sakit umum yang menyediakan layanan mata di Jalur Gaza, begitu pula Rumah Sakit Al-Rantisi yang menawarkan layanan yang hanya tersedia di rumah sakit ini.

Sumber-sumber medis menekankan bahwa Israel dengan sengaja dan sistematis menghancurkan sistem layanan kesehatan di Jalur Gaza sebagai bagian dari kebijakan genosida terhadap Jalur Gaza.

Warga Kota Gaza mengungsi menuju pengungsian Mawasi menyusul serangan Israel di Kota Gaza, Senin (15/9/2025).

Mereka menekankan bahwa pasien dan korban luka menghadapi kesulitan luar biasa untuk mencapai rumah sakit lapangan Yordania dan Rumah Sakit Al-Quds karena penembakan yang sedang berlangsung. Mereka juga menekankan bahwa tidak ada jalan aman yang memungkinkan pasien dan korban luka mencapai rumah sakit.

Kompleks Medis Nasser di Khan Younis telah memperingatkan “bencana nyata” karena kepadatan yang berlebihan dan kekurangan pasokan berdampak besar pada anak-anak.

“Pemandangan yang menyakitkan di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, di mana puluhan anak-anak menumpuk di koridor dan di antara kamar karena kurangnya tempat tidur, dan keluarga mereka terpaksa duduk di lantai di tengah kekurangan obat-obatan dan perawatan,” kata rumah sakit dalam sebuah pernyataan yang diposting di Facebook.

Pihak rumah sakit menambahkan bahwa pengungsian dari bagian utara Gaza telah melampaui kapasitasnya sementara “departemen penitipan anak berada dalam bencana nyata, ketika tiga anak ditempatkan dalam satu inkubator”. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement