REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Tak berhenti pada serangan di Qatar dan Yaman, Israel kini kembali melanggar kedaulatan negara lain dengan menyerang Lebanon. Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam mengecam serangan udara yang dilakukan Israel ke tiga kota di selatan Lebanon.
Kantor berita resmi Lebanon, National News Agency, melaporkan pada Kamis bahwa tentara Israel melancarkan beberapa serangan di kota padat penduduk Meiss el-Jabal, Kfar Tebnit, dan Debbin, hanya satu jam setelah mengumumkan rencana untuk menargetkan infrastruktur Hizbullah.
Salam menuduh Israel melakukan intimidasi dan agresi yang bertentangan dengan perjanjian gencatan senjata tahun lalu dan mekanisme pemantauan yang didukung secara internasional.
“Lebanon menyerukan kepada komunitas internasional, terutama negara-negara sponsor perjanjian untuk menghentikan operasi permusuhan, agar memberikan tekanan maksimal kepada Israel untuk segera menghentikan agresinya,” kata Salam dalam sebuah unggahan di media sosial.
Prancis dan Amerika Serikat merupakan sponsor utama perjanjian tersebut.
Sebelumnya, militer Israel telah mengumumkan rencana serangan terhadap infrastruktur militer Hizbullah dan menyerukan warga untuk mengosongkan bangunan yang ditandai merah pada peta terlampir.
Juru bicara Avichay Adraee mengatakan bahwa serangan dilakukan sebagai respons terhadap upaya terlarang Hizbullah untuk membangun kembali aktivitasnya di kawasan tersebut.
Melaporkan dari ibu kota Lebanon, Beirut, jurnalis AlJazirah, Zeina Khodr, mengatakan peringatan tentara Israel telah memicu evakuasi massal.“Kami melihat orang-orang mengemas apa pun yang mereka bisa dan menuju ke daerah yang lebih aman,” katanya.
Ia menambahkan bahwa serangan itu terjadi “sekitar satu jam” setelah perintah evakuasi.