Senin 15 Sep 2025 18:17 WIB

Mimpi Gelar Ganda Jadi Nyata: Schroder Bawa Jerman Kawinkan Juara Dunia dan Eropa

Jerman mengalahkan Turki 88-83 di final Euro Basket 2025.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Para pemain Jerman berselebrasi setelah menjuarai Eurobasket. Jerman mengalahkan Turki pada pertandingan final di Riga Arena, Riga, Latvia, Senin, 15 September 2025 dini hari WIB.
Foto: AP Photo/Sergei Grits
Para pemain Jerman berselebrasi setelah menjuarai Eurobasket. Jerman mengalahkan Turki pada pertandingan final di Riga Arena, Riga, Latvia, Senin, 15 September 2025 dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, RIGA -- Malam di Arena Riga, Ahad (14/9/2025), seakan menjadi milik Jerman. Suasana menegangkan di final EuroBasket 2025 berubah menjadi euforia ketika Dennis Schroder, kapten penuh karisma, menutup laga dengan keberanian yang membekas: layup kidal, tembakan jarak menengah, dan ketenangan dari garis lemparan bebas.

Dengan skor akhir 88-83 atas Turki, Jerman bukan hanya meraih trofi EuroBasket kedua sepanjang sejarah, tetapi juga menorehkan catatan emas, menyandingkan gelar juara dunia 2023 dengan mahkota Eropa 2025. Sebuah prestasi langka yang hanya pernah dilakukan Uni Soviet, Yugoslavia, dan Spanyol.

Baca Juga

“Menjadi pemenang Piala Dunia dan juara Eropa, itu momen yang luar biasa,” ujar Schroder penuh emosi, dikutip dari laman FIBA.

Laga berjalan menegangkan sejak awal. Sebanyak 15 kali pergantian keunggulan dan 11 kali skor imbang membuat publik menahan napas hingga menit terakhir.

Turki sempat memimpin satu angka, tapi Schroder mengambil kendali. Tembakan tiga angka Alperen Sengun yang gagal menjadi momentum kunci. Schroder merebut rebound, lalu memastikan kemenangan dari free throw line.

Turki harus puas di posisi runner-up untuk ketiga kalinya, setelah 2001 dan 2010, dengan Sengun tampil heroik mencetak 28 poin.

Jika Schroder adalah pemimpin, maka Isaac Bonga adalah roh tak kasat mata yang memberi nyawa. Pemain berusia 25 tahun itu mencatat 20 poin—tertinggi di turnamen—dan menyelamatkan Jerman di kuarter keempat lewat dua tripoin penting, satu dunk, serta rebound ofensif yang mengubah jalannya laga.

“Pertandingan yang luar biasa. Itulah mengapa kami memanggilnya Pisau Swiss Army. Dia bisa melakukan segalanya,” puji pelatih Jerman Alan Ibrahimagic.

Sejarah yang terulang

Lebih dari tiga dekade sejak gelar EuroBasket pertama pada 1993, generasi Schroder, Wagner, dan Bonga kini menuliskan babak baru dalam buku sejarah Jerman. Bagi Schroder pribadi, ini bukan sekadar trofi. Ini tentang membuktikan bahwa Jerman mampu bersanding dengan raksasa Eropa, bahkan dunia.

“Kami tidak pernah takut pada momen besar. Bukan hanya saya, bukan hanya Franz, tapi seluruh tim,” katanya tegas.

Dengan sembilan pemain yang juga merasakan gelar juara dunia 2023, konsistensi Jerman semakin kentara. Mereka kini sejajar dengan bangsa basket legendaris, sekaligus membuktikan bahwa dominasi bukan monopoli negara lama.

Saat peluit akhir berbunyi, pelukan erat para pemain, sorak suporter, dan wajah Schroder yang berkaca-kaca menegaskan satu hal, inilah generasi emas Jerman. Dari Manila 2023 hingga Riga 2025, perjalanan mereka adalah bukti bahwa mimpi bisa dikawinkan dengan sejarah.

EuroBasket kali ini menutup satu babak, tapi juga membuka pertanyaan baru, mampukah mereka mempertahankan dominasi di Piala Dunia berikutnya sekaligus menjaga supremasi di Eropa?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement